Harga Bitcoin Perlahan Kembali Melaju, Apa Saja Sentimen Pemicunya?

Kapitalisasi Bitcoin mencapai lebih dari US$825 miliar.

Harga Bitcoin Perlahan Kembali Melaju, Apa Saja Sentimen Pemicunya?
Ilustrasi mata uang kripto. (Pixabay/amhnasim)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Harga mata uang digital Bitcoin (BTC) perlahan kembali melaju pada Februari usai terkoreksi di awal tahun.

Mengutip data coinmarketcap, harga Bitcoin (10/2) tercatat US$43.565 atau kira-kira Rp622,98 juta. Harga tersebut dalam sepekan terakhir naik 17,3 persen dari US$37.154. Secara bulanan (month-to-month/mtm), harga Bitcoin meningkat 4,2 persen dari US$41.821.

Sebagai konteks, harga Bitcoin sempat melonjak pada November 2021 hingga nyaris U$68.000. Setelahnya, BTC terus terkoreksi hingga level US$35.000-an pada Januari.

Saat ini, kapitalisasi pasar Bitcoin US$825,75 miliar atau setara Rp11.808 triliun, naik 4,3 persen dari US$791,48 miliar. Sebagai perbandingan, pada saat aset kripto tersebut mencetak rekor harga, kapitalisasi pasarnya US$1,27 triliun.

Sejumlah sentimen: India adopsi kripto hingga perekonomian AS

Oscar Darmawan, Chief Executive Officer (CEO) Indodax, menilai tingkat harga Bitcoin terkini merupakan petunjuk positif. Menurutnya, pasar beranjak pulih pada Februari dan diharapkan terus menguat.

“Februari merupakan awal di mana market kripto mengalami rebound setelah dua bulan terakhir mengalami penurunan yang cukup dalam. Ini membuktikan bahwa aset kripto, khususnya yang berkapitalisasi pasar besar, cocok untuk jangka panjang,” kata Oscar dalam keterangan kepada Fortune Indonesia, Jumat (11/2).

Oscar berpendapat sejumlah sentimen positif belakangan ini menopang pergerakan harga tersebut. Sebagai misal, India yang memutuskan untuk mengadopsi kripto serta mengenakan pajak 30 persen atasnya.

Lalu, data lapangan pekerjaan yang naik di Amerika Serikat,  turut menyumbang sentimen positif. Itu belum termasuk Micro Strategy, perusahaan intelijen bisnis dan teknologi besutan Michael J. Saylor, yang membeli sebanyak 660 BTC.

Proyeksi

Kondisi terkini itu, kata Oscar, diperkirakan akan terus membentuk tren bullish. Akan terjadi penurunan sesekali, hal yang menurutnya masih wajar.

“Biasanya, jika harga Bitcoin naik, ini akan diikuti oleh aset aset kripto lainnya,” katanya. Sebagai gambaran, harga Ethereum, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar setelah Bitcoin, mencapai US$3.077, atau naik 14,8 persen dalam sepekan terakhir.

Investor sebelumnya khawatir terhadap mata uang digital dan aset berisiko lainnya sejak bank sentral AS mengisyaratkan akan melepas stimulus ekonomi lebih agresif. Kekhawatiran sama juga terjadi pada bank sentral Rusia, yang telah mengusulkan larangan penggunaan dan penambangan kripto. Kondisi itu setelah Cina meluncurkan tindakan serupa terhadap mata uang kripto.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina