Pasar Saham AS Menguat, Indeks S&P 500 Kembali Cetak Rekor Bersejarah

Pasar berpotensi bergejolak di tengah kabar varian Omicron.

Pasar Saham AS Menguat, Indeks S&P 500 Kembali Cetak Rekor Bersejarah
Bursa saham Amerika Serikat yang terletak di 11 Wall Street, Lower Manhattan, New York City. Di bursa saham tersebut miliaran dolar saham diperdagangkan setiap hari. Shutterstock/orhan akkurt
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bursa saham Amerika Serikat (AS) tengah menguat. Indeks S$P 500—yang kerap dijadikan petunjuk kinerja pasar keseluruhan—kembali mengukir rekor bersejarah .

Pada perdagangan Senin (27/12), indeks S&P 500 ditutup menguat 1,38 persen menjadi 4.791,19. Posisi tersebut naik 2,92 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dilihat secara setahunan, pertumbuhannya 28,27 persen. Dengan begitu, capaian indeks tersebut melampaui level tertinggi sebelumnya yang sebesar 4.709,85 pada Rabu (15/12).

Pada saat sama, indeks saham AS lainnya, yaitu Nasdaq Composite Index, juga menguat 1,39 persen menjadi 15.871,26. Sedangkan, indeks Dow Jones Industrial Average (DJII) juga meningkat 0,98 persen ke 36.302,38.

Indeks S&P 500 (atau Standard & Poor’s 500) mengelompokkan 500 perusahaan AS dengan kapitalisasi pasar terbesar. Sejumlah emiten raksasa seperti Apple, Tesla, dan JPMorgan Chase & Co tergabung dalam indeks tersebut.

Trennya masih mungkin bergejolak

Pasar saham AS menguat di tengah sentimen rilis data mengenai tingkat konsumsi masyarakat. Indikator penjualan ritel AS naik 8,5 persen berkat ledakan transaksi e-commerce. Itu juga menjadi sinyal bahwa perekonomian mulai kembali bergerak.

"Pasar berada di tempat yang menarik di mana memiliki konsumen yang kuat dengan pengeluaran naik 8 persen setahunan. Sementara, konsumsi pribadi membentuk 70 persen dari ekonomi atau produk domestik bruto AS," kata Sylvia Jablonski Kampaktsis, kepala investasi di Defiance ETF, New York, dilansir Reuters, Selasa (28/12). Namun, menurut Sylvia, kehadiran Omicron, varian baru COVID-19, tetap akan menjadi sentimen bagi pasar.

Mengutip Asociated Press (AP), perusahaan teknologi memimpin bursa saham AS pada perdagangan kemarin. Saham emiten maskapai penerbangan seperti Delta Air Lines dan United Airlines, tergelincir di tengah sentimen pembatalan penerbangan akibat pandemi.

Menurut AP, perdagangan saham pada pekan ini diperkirakan tenang meski ada potensi bergejolak. Sebab, varian Omicron terus menyebar dengan cepat ke seluruh AS dan luar negeri. Sebagian besar investor besar juga telah menutup posisi mereka untuk 2021 dan hanya ingin bertahan sampai minggu depan.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya