Jakarta, FORTUNE – PT Bukalapak.com Tbk dan grup Salim tercatat dalam aksi penambahan modal dengan hak memesan terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue PT Allo Bank Indonesia Tbk. Mereka akhirnya buka suara soal rencana investasi saham ke Allo Bank.
Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (5/1), PT Bukalapak.com Tbk menyatakan rencananya untuk berinvestasi pada saham yang akan diterbitkan oleh Allo Bank melalui pelaksanaan HMETD yang diterima perseroan dari PT Mega Corpora. Tahap awal distribusi HMETD berlangsung pada 12 Januari.
Menurut VP Corporate Secretary Bukalapak, Perdana Aning Saputro, Bukalapak akan memiliki 2,49 miliar saham dengan harga Rp100 per saham setelah dilakukan penyerahan saham kepada perseroan, atau 11,49 persen dari total saham di Allo Bank. Itu dengan asumsi pemegang saham maupun investor melaksanakan hak HMETD.
Harga pelaksanaan atas investasi saham di Allo Bank seluruhnya adalah Rp1,19 triliun atau Rp478 per saham, kata Perdana. Dalam transaksi ini, perseroan akan menggunakan dana yang tersedia sekarang.
Menurut Perdana, investasi di Allo Bank diharapkan dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan melalui peningkatan penawaran jasa keuangan dan aksesibilitas kredit kepada mitra dan pengguna, termasuk UMKM mitra di pedesaan. Perusahaan ingin mengembangkan ekosistem daring dan luring yang bernilai tambah.
“Dengan latar belakang Allo Bank selaku bank digital yang memiliki perizinan yang penuh, dinilai perseroan dapat mendukung tujuan yang ingin dicapai perseroan,” demikian pernyataan Bukalapak. Aksi tersebut akan menempatkan Bukalapak sebagai pemegang saham terbesar kedua di Allo Bank.
Grup Salim
Mayoritas saham Allo Bank dikuasai oleh PT Mega Corpora, perusahaan milik taipan Chairul Tanjung. Bank berkode BBHI itu akan menerbitkan 10,05 miliar saham biasa dengan nominal Rp100 per unit serta harga pelaksanaan Rp478 per unit. Dengan begitu, dana segar yang berpotensi diraupnya mencapai Rp4,8 triliun.
Dalam prospektus BBHI, Mega Corpora mengatakan hanya akan melaksanakan sebagian dari rights issue yang menjadi haknya, yaitu sekitar 2,71 miliar saham atau setara 30 persen dari seluruh HMETD senilai Rp1,29 triliun. Sedangkan sisa hak HMETD yang tidak diambil oleh Mega Corpora dialihkan kepada sejumlah investor lainnya.
Investor lain di luar Bukalapak adalah PT Indolife Investama Perkasa (anak usaha Salim Group) 1,30 miliar saham, Abadi Investments 1,52 miliar saham, PT CT Corpora 408,32 juta saham, H Holdings Inc 448,744 juta saham, dan Trusty Cars Pte.Ltd 150 juta saham.
Presiden dan CEO Salim Group, Anthoni Salim, mengatakan sebagai perusahaan penyedia solusi sehari-hari, mulai dari produk makanan, ritel, hingga infrastruktur teknologi, perusahaan menyambut baik kerja sama dengan Allo Bank.
“Kami berharap dapat bekerja sama sebagai mitra strategis utama Allo untuk membangun ekosistem yang memberikan kredit khusus dan berkelanjutan kepada sesama warga Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Respons manajemen Allo Bank
Sementara itu, Komisaris Allo Bank, Ali Gunawan, menyatakan perseroan antusias dalam meluncurkan layanan pinjaman kepada khalayak luas.
Dari populasi hampir 280 juta orang, lanjutnya, 50 persen di antaranya tidak memiliki rekening bank, dan 15 persen lagi dianggap underbanked dengan akses terbatas terhadap kredit, investasi, dan produk Indonesia.
“Bank Allo berharap dapat memberikan kemudahan akses produk keuangan kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui brand yang mereka kenal dan percaya”, ujarnya dalam keterangan resmi.
Allo Bank sebelumnya merupakan PT Bank Harda Internasional Tbk, yang berubah menjadi bank digital diakuisisi Mega Corpora.
Berdasarkan laporan keuangan per Maret 2021, aset Allo Bank bernilai Rp6,98 triliun. Labanya Rp86,73 miliar, atau tumbuh 77,2 persen persen dari Rp48,39 miliar pada periode sama 2020 (year-on-year/yoy).
Pada saat berita ini ditulis, saham BBHI bernilai Rp9,875 per unit. Dalam enam bulan terakhir saham bank ini meningkat 514,58 persen dan secara tahunan tumbuh 6.161,89 persen.