Bitcoin Naik Ke Zona Hijau, Simak Sentimen Pendukungnya

Data inflasi AS mendorong penguatan harga bitcoin.

Bitcoin Naik Ke Zona Hijau, Simak Sentimen Pendukungnya
Ilustrasi pertemuan bisnis tentang keputusan investasi untuk bitcoin. Shutterstock/Morrowind
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Harga bitcoin menguat menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS, diperdagangkan pada US$102.022 per koin.
  • Penguatan didukung oleh meredanya data inflasi CPI AS untuk Desember 2024, memberikan harapan terhadap potensi pemangkasan suku bunga Fed.
  • Reli penguatan bitcoin juga didukung oleh sentimen pelantikan Trump pada 20 Januari 2025, namun investor perlu mencermati kondisi pasar dan kebijakan Fed.

Jakarta, FORTUNE - Harga Bitcoin terus menunjukkan tren penguatan menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). 

Mengacu pada CoinMarketCap, Jumat (17/1), pukul 17:18 WIB, bitcoin diperdagangkan pada level US$102.022 per koin. Nilai ini menguat 2,87 persen hanya dalam 24 jam terakhir.

Di samping itu, penguatan ini pun didukung oleh meredanya data inflasi CPI AS untuk Desember 2024 yang dirilis Kamis (15/1) malam waktu Indonesia.

Analis Platform Kripto Reku, Fahmi Almuttaqin, menyatakan data inflasi tersebut mengalami penurunan laju sebesar 0,1 persen dari bulan-bulan sebelumnya. Hal ini kemudian memberikan harapan terhadap potensi dapat tercapainya target inflasi Fed pada level 2 persen.

Sebagai konteks, kondisi laju inflasi tinggi, terutama pada sektor energi, akan menjadi faktor pendukung proyeksi Fed untuk memangkas suku bunga lebih sedikit pada tahun ini. 

Nah, penurunan laju inflasi diyakini akan membuka peluang bagi Fed untuk kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC akhir bulan ini. 

"Menghijaunya harga bitcoin mengindikasikan meningkatnya keyakinan para investor terhadap potensi situasi suku bunga yang akan lebih rendah dari level saat ini dalam beberapa waktu ke depan," katanya, Jumat (17/1).

Di samping karena data inflasi AS, reli penguatan bitcoin juga didukung oleh sentimen pelantikan Trump pada 20 Januari 2025. Trump sendiri telah menjanjikan pemotongan pajak yang berpotensi memacu pertumbuhan. 

“Namun, kebijakan proteksionis dan pembatasan imigrasi berpotensi menaikkan biaya produksi serta mengganggu supply chain, yang mana berpotensi menambah tekanan inflasi. Penurunan suku bunga di bulan ini, apabila terjadi, dapat memperparah kondisi tersebut dan membuat kondisi serta arah kebijakan ekonomi ke depan menjadi semakin sulit diprediksi. 

"Momentum pelantikan Trump dan gebrakan-gebrakannya, terkhusus bagi industri dan pasar kripto, dapat turut memperkuat momentum yang ada," ujarnya.

Ia pun melihat reaksi pasar dari perkembangan yang ada. Menurutnya, reli berpotensi akan berlanjut hingga penentuan kebijakan suku bunga Fed pada akhir bulan ini. 

Fahmi mengingatkan skenario ini belumlah pasti. Oleh sebab itu, investor perlu mencermati lebih lanjut perkembangan kondisi pasar serta kebijakan Fed.

Perihal strategi bagi investor, Fahmi merekomendasikan agar mereka memanfaatkan momentum ini untuk mengoptimalkan performa portofolionya. Caranya, mengambil lebih banyak posisi trading dengan memanfaatkan volatilitas yang ada pada aset-aset strategis sembari memantau potensi reli selanjutnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Punya Sisa Dana Rp9 T, Bukalapak Buka Peluang Bisnis Baru
Patrick Walujo Soal Dugaan Fraud e-Fishery: Ini Memalukan
Emas Menguat Setelah Data Inflasi AS Lebih Rendah Dari Ekspektasi
Bukalapak Angkat Suara Alasan Perkuat Produk Virtual
Saham Naik 276% Sejak IPO, BEI Suspensi RATU Hari Ini!
Harga Saham BBRI Sempat Lama Anjlok, Ini Penyebabnya