Jakarta, FORTUNE – PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menganggarkan belanja modal (capital expenditure) senilai US$70 juta–90 juta atau sekitar Rp1,05 triliun–1,36 triliun untuk bisnis batu bara metalurgi.
Head of Corporate Communication Adaro Minerals, Febriati Nadira, mengatakan nominal itu belum termasuk modal bisnis smelter aluminium. Sebab, perseroan tersebut memperkirakan pencapaian financial close modal proyek smelter akan terjadi pada semester I-2023, sehingga akan ada "pengumuman lebih lanjut mengenai porsi ekuitas di kemudian hari,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (16/2).
Adaro Minerals pada 2023 membidik volume penjualan 3,8 juta–4,3 juta ton, dan menargetkan peningkatannya melalui dukungan permintaan pelanggan yang kuat sesuai target jangka menengah, yakni 6 juta ton per tahun.
Sementara itu, target nisbah kupasnya mencapai 3,8 kali, dengan proyeksi pertumbuhan berkat penambangan di PT Lahai Coal yang dimulai kembali. Sebab, nisbah kupasnya lebih tinggi dari PT Maruwai Coal.
Hasil operasional Adaro Minerals
Produksi batu bara Adaro Minerals mencapai 0,81 juta ton pada kuartal IV-2022, melonjak 41 persen (yoy) dari 0,57 juta ton pada kuartal IV-2022. Penjualannya pun naik 35 persen (yoy) dari 0,75 juta ton menjadi 1,02 juta ton.
Volume pengupasan lapisan penutupnya melesat 86 persen dari 1,22 Mbcm menjadi 2,26 Mbcm. Itu setara 2,81 kali lebih tinggi, melampaui pertumbuhan 2,14 kali pada kurtal IV-2021.
Selama 2022, produksi batu bara ADMR mencapai 3,37 juta ton, naik 47 persen (yoy) dari 2,30 juta ton. Angka itu melampaui panduan produksi, yakni 3,20 juta ton atau lebih tinggi 39 persen (yoy) dari periode 2021 walau menghadapi cuaca tidak normal.
Produksi itu berasal dari entitas anak PT Maruwai Coal (MC)
Sejak beroperasi pada 2019, ADMR melalui MC telah meningkatkan produksi dan penjualan secara konsisten. Volume penjualan 2022 naik 39 persen (yoy) dari 2,30 juta ton menjadi 3,20 juta ton.
Sementara itu, volume pengupasan lapisan penutupnya melonjak 62 persen dari 5,15 Mbcm menjadi 8,32 Mbcm sepanjang 2022. Itu membuat nisbah kupas naik 2,47 kali atau tumbuh 10 persen dari 2,24 kali.