Jakarta, FORTUNE - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) resmi mengambil alih bisnis batu bara milik MNC Group dari PT MNC Investama Tbk, setelah mengakuisisi 99,33 persen saham PT Bhakti Coal Resources (BCR).
Wakil Presiden Direktur IATA, A. Wishnu Handoyono mangatakan, perseroan telah menandatangani perjanjian jual beli dengan MNC Investama pada Rabu (23/2). Transaksi itu nantinya dilaksanakan lewat penerbitan surat sanggup.
“Transaksi ini telah mendapatkan persetujuan RUPSLB tanggal 10 Februari 2022,” tulis Wishnu dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Setelah pengumuman pada Selasa (1/3) pagi, saham IATA bergerak ke level tertinggi pada pukul 09.05 WIB, yakni 186, setelah dibuka di level 179. Pada penutupan perdagangan hari ini, saham kembali ke level awal pembukaan.
Dalam sepekan terakhir, saham IATA tercatat terkoreksi 6,77 persen dari level 192. Di sisi lain, selama sebulan belakangan, saham emiten MNC Group itu telah melambung 138,67 persen hingga menyentuh 175,38 persen sepanjang 2022.
Dampak akuisisi PT Bhakti Coal Resources oleh IATA
Menurut Wishnu, pengambilalihan bisnis batu bara dari MNC Investama akan berdampak positif bagi perseroan.
“Dengan mempertimbangkan setelah akuisisi, PT Bhakti Coal Resources memberikan keuntungan lebih bagi investasi yang dilakukan oleh perseroan,” kata Wishnu.
Sekadar informasi, IATA merupakan nama baru dari PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. Setelah ‘ganti kulit’, bisnis perseroan pun beralih dari transportasi udara ke pertambangan batu bara.
Keputusan banting setir bidang usaha itu bukan tanpa alasan, sebab Hary Tanoe mengidentifikasi peluang melambungnya harga batu bara dunia. Pada konferensi pers Februari lalu, ia mengatakan, “Sejak memasuki semester kedua sampai jelang akhir 2021, harga batu bara naik menyentuh harga tertinggi sepanjang masa.”
Sebelumnya, Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, keputusan MNC Group mengubah bisnis IATA seharusnya dapat menguntungkan perseroan. Sebab, langkah itu dapat memperkuat kinerja di bisnis batu bara.
“Mereka mungkin bisa juga bertransformasi menjadi perusahaan logistik batu bara. Intinya, bagaimana bisa memberi nilai tambah dari pada dibiarkan tidak berkembang,” katanya kepada Fortune Indonesia pada pertengahan Februari.