Jakarta, FORTUNE - Emiten pertambangan mineral, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), mencetak penjualan bersih senilai US$602 juta pada kuartal I 2024, naik 1 persen (YoY) dari US$597 juta pada kuartal I 2023.
Di saat yang sama, AMMN meraih laba bersih senilai US$131 juta dengan margin 22 persen. Besaran laba itu terkoreksi 27 persen (YoY) dari US$179 juta pada kuartal serupa pada tahun lalu.
Selain itu, EBITDA perseroan juga terpangkas 7 persen (YoY) dari US$349 juta menjadi US$326 juta. Di kuartal I 2024, margin EBITDA Amman Mineral mencapai 54 persen.
Dari segi belanja modal, perseroan telah menghabiskan US$420 juta di triwulan pertama 2024, melesat 104 persen (YoY) dari US$205 juta pada tahun 2023.
Peningkatan itu utamanya karena proyek-proyek ekspansi, dengan perincian: sustaining capex senilai US$67 juta; smelter sebesar US$123 juta; Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), fasilitas liquified natural gas (LNG), serta fasilitas transmisi dan distribusi US$59 juta; ekspansi pabrik konsentrator, yang termasuk desain ulang ekspansi pabrik, senilai US$138 juta; dan infrastruktur pendukung senilai US$32 juta.
"Proyek ekspansi berjalan sesuai rencana, melampaui target yang ditetapkan pada Maret 2024 dan pembangunan berjalan sesuai jadwal untuk penyelesaian konstruksi fisik pada akhir Mei 2024," kata Presiden Direktur Amman Mienral, Alexander Ramlie dalam keterangannya, Selasa (30/4).
Kinerja operasional 2024
Di awal 2024 ini, AMMN mencatat hasil produksi tembaga sebanyak 98 juta pon, naik 21 persen (YoY), dengan volume penjualan sebesar 80 juta pon, tumbuh 5 persen (YoY). Sementara itu, produksi konsentratnya melonjak 28 persen (YoY) menjadi 179.073 metrik ton kering, dengan volume penjualan 150.368 metrik ton kering, naik 9 persen (YoY).
"Saat ini kami sedang menuju puncak produksi Fase 7 dengan bijih berkadar tinggi, yang diperkirakan akan habis pada akhir 2024. Pascafase itu, kami akan bertransisi menuju penambangan bijih Fase 8," ujar Alexander.
Untuk meningkatkan produksi, AMMN tengah menyiapkan smelter. Berdasarkan verifikasi pihak independen di kuartal I, kemajuan pembangunan smelter tembaga sudah mencapai 88,1 persen, yakni 103,3 persen dari target senilai 85,2 persen. Sementara pembangunan PMR (precious metal refinery) telah mencapai 75,8 persen atau 90,8 persen dari target sebesar 83,5 persen.