Jakarta, FORTUNE - Pendiri Prodia, Andi Wijaya, membocorkan ihwal rencana pencatatan saham perdana (IPO) dari PT Prodia Diagnostic Line (Proline), perusahaan afiliasi PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA).
"Nanti kalau sudah siap semuanya, Proline akan kami IPO," kata Andi di Jakarta, dikutip Jumat (19/7). Ketika ditanya estimasi waktu pelaksanan dan perkembangan rencana itu, ia berujar, "Proyeksi ke depan berubah terus. Karena apa? Belum bisa final. Karena ini tergantung selesainya pabrik yang baru di April 2025."
Saat ini, Proline memang tengah menyelesaikan pabrik baru di wilayah Cikarang, dengan luas tanah 5.500 meter persegi. Per akhir Juni, pembangunan pabrik kedua itu sudah masuk tahap penyelesaian akhir. Untuk membangun fasilitas produksi itu, belanja modal sebesar Rp140 miliar dianggarkan.
Andi menambahkan, "Sekarang agak sulit menentukan [rencana final IPO] karena masih membangun itu. Belum siap. Begitu siap, semuanya langsung dikebut."
Belum lama ini, PRDA pun mengumumkan aksi pembelian atas 39 persen saham Proline dengan nilai Rp72 miliar. Perseroan melakukan itu karena melihat pertumbuhan signifikan Proline sejak resmi berdiri pada 2011 lalu. Dari segi pertumbuhan, Proline mencatatkan CAGR sebesar 60,5 persen selama 2019 sampai dengan 2023.
Sayangnya, Proline menolak menginformasikan detail terkait angka valuasinya saat ini. Yang jelas, perusahaan terakhir kali menghitungnya pada akhir Desember 2023 ketika PRDA berencana membeli sahamnya.
"Jadi, hasil valuasi Proline per akhir 2023, dibandingkan empat tahun lalu, peningkatannya 60 persen, bisa bayangkan berapa kalinya itu. Itu saja bocoran [valuasi Proline]," jelas Direktur PT Prodia Diagnostic Line (Proline), Cristina Sandjaja.
Adapun, saat ini, 38 dari 151 cabang laboratorium PRDA telah menggunakan reagen buatan Proline. Mengapa belum seluruh cabang memakainya? Karena, menurut Direktur Utama PRDA, Dewi Muliaty, itu karena ukuran laboratorium yang bervariasi. Yang mana, laboratorium besar membutuhkan peralatan yang didukung otomatisasi.
"Hingga saat ini, Proline masih memproduksi yang kapasitasnya kecil sampai menengah," ujar Dewi di kesempatan yang sama.
Dengan akuisisi saham Proline, aset dan ekuitas PRDA diproyeksikan naik dari Rp12,87 miliar pada 2024 menjadi Rp44,48 miliar pada 2026. Adapun, internal rate of return (IRR) dari transaksi itu adalah 7,5 persen.