Jakarta, FORTUNE - Bagaimana dampak konflik antara Israel dan Hammas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan emiten?
Menurut Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI), Martha Christina, konflik di Timur Tengah itu berdampak terbatas terhadap IHSG, sepanjang konflik tak meluas ke negara-negara sekitarnya. Terutama negara-negara penghasil minyak.
“Apalagi [konflik] ini berusaha diredam agar tak menyebabkan kenaikan harga minyak [lanjutan]. Ditambah, setelah pandemi, saat ini hampir semua negara di dunia sedang menghadapi inflasi,” imbuhnya di Media Day Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI) Oktober, Selasa (17/10).
Jika kenaikan harga minyak terbatas, maka seharusnya pengaruh terhadap emiten-emiten terkait energi pun terbatas. Tapi, lain lagi ceritanya apabila konflik meluas dan mendorong harga minyak ke level tertinggi. Karena hal itu bisa berujung pada kenaikan harga BBM non-subsidi dan mengerek naik inflasi.
“Kalau saat ini belum ada perkiraan kenaikan [harga minyak] ke level sana [US$100 per barel]. Lonjakan-lonjakan ini kami lihat sementara. Secara fundamental belum ada dari segi demand, kecuali kalau dari suplai ada gangguan,” jelasnya.
Lebih lanjut, menurutnya, pelaku pasar masih meninjau konflik antara Israel dan Hammas, inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS, serta harga minyak bumi dan komoditas.
Proyeksi pasar di kuartal IV
Pada kuartal keempat 2023, MASI memproyeksikan pasar masih memiliki ruang bertumbuh, berdasarkan data historis di periode tersebut setiap tahun. Khususnya, karena adanya momen window dressing alias waktu saat investor memoles portofolio supaya laporan keuangannya ‘lebih cantik’.
“Sepanjang Oktober dan Desember dalam 10 tahun terakhir, IHSG rata-rata mencetak return 2,1 persen dan 2,6 persen,” kata Martha.
Pada umumnya, aksi tersebut dilaksanakan melalui pembelian efek dengan lebih agresif. Yang pada akhirnya diharap mendorong pergerakan pasar menuju arah positif.
Adapun, sebelum terjadi konflik di Timur Tengah, harga minyak sudah meningkat 34 persen sejak Juni. Tapi penyebabnya lebih pada akibat gangguan suplai akibat pemangkasan produksi, sehingga Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan kenaikan harganya sudah terbatas saat ini.