Jakarta, FORTUNE - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik jumlah penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham sebanyak 66 perusahaan pada 2025.
Angka tersebut lebih tinggi 6,45 persen daripada target IPO saham BEI pada 2024, yakni 62 perusahaan baru. Salah satu alasan di balik kenaikan target itu adalah ekspektasi terhadap stabilitas kondisi politik dan ekonomi selepas pemilihan umum (pemilu), juga proyeksi kondisi makro pada tahun depan.
"Kami melihat 2025 secara optimistis, tapi di global masih ada tantangan dan bagi kami itu selalu menjadi peluang, baik secara global maupun domestik," kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman, dikutip Kamis (24/10). "
Kendati demikian, pada 2024 saja, target IPO saham di bursa belum tercapai. Per 18 Oktober 2024, baru ada 36 perusahaan yang mencatatakan saham secara perdana di bursa dengan jumlah dana dihimpun Rp5,42 triliun. Realisasi IPO hingga Oktober itu baru mencapai 53,22 persen dari target berdasarkan volume emiten baru.
Padahal, pada 2023, bursa mencatatkan rekor IPO, yakni 79 emiten baru tercatat sepanjang tahun, dengan total emisi Rp54,1 triliun. Di antrean IPO saham terdapat 25 calon perusahaan terbuka yang menunggu giliran pencatatan, yang mana 13 di antaranya adalah perusahaan dengan aset berskala besar (di atas Rp250 miliar).
Ihwal jumlah emiten yang lebih sepi dari 2023, BEI membantah ada pengetatan seleksi akibat kabar mengenai adanya gratifikasi sehubungan denan IPO yang diterima oleh oknum karyawan BEI.
"Jadi saya rasa mungkin agak sedikit mislead [jika dibilang] teman-teman di bursa jadi lebih selektif karena hal yang kemarin. Tetapi tetap saja kita punya pedoman yang kita percayai untuk menilai perusahaan tercatat ini layak tercatat di bursa," kata Iman.
Menurutnya, itu karena tidak semua perusahaan yang mengajukan izin prinsip IPO langsung berhasil mengantongi lampu hijau. Dari seluruh permohonan pendaftaran IPO, yang berhasil IPO berjumlah sekitar 70 persen.
"Kami harapkan, sekitar 30 persen lainnya dapat memperbaiki dokumen atau kami melihat dari segi kinerja perusahaan yang bersangkutan," jelas Iman lagi.
Ke depan, demi menggenjot aksi IPO, BEI akan menggencarkan sosialisasi serta bermita dengan sejumlah kementerian, termasuk Kementerian BUMN, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Kementerian Koperasi & UKM.
Lebih lanjut, menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, bursa pun tengah melaksanakan riset dengan pihak independen untuk memindai para pemilik perusahaan privat. Melalui studi itu, mereka berupaya mencari tahu alasan para perusahaan itu belum memutuskan mencatatkan saham di bursa. Mereka pun ingin menggali apakah keputusan tersebut terkait dengan regulasi, insentif, atau hal-hal lain?
"Sehingga di akhir riset, kami dapat membantu setelah memperoleh masukan, yang nantinya akan diteruskan kepada regulator dan institusi terkait supaya terbentuk kebijakan yang holistik," jelas Nyoman.
Secara total, BEI menargetkan pencatatan efek baru sebanyak 407 efek baru. Selain saham, itu juga meliputi pencatatan instrumen lain seperti EBUS, waran terstruktur, dan KIK).