Jakarta, FORTUNE - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) resmi melantai di bursa. Perusahaan menawarkan maksimal 29,85 persen saham kepada publik guna mengembangkan bisnis.
Dalam prosesnya, lengan usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk itu memilih sejumlah joint bookrunners dan joint global coordinators, yakni PT BRI Danareksa Sekuritas, HSBC, JP Morgan, PT Mandiri Sekuritas, dan Morgan Stanley.
Di sisi lain, ada juga BRI Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas yang berperan sebagai lead managing underwriters dan domestic underwriters untuk debut saham Mitratel.
“Melalui IPO ini, kami berharap dapat meningkatkan perhatian investor regional maupun internasional terhadap Mitratel, dan tentu mengajak masyarakat luas menjadi bagian dari kesuksesan membangun Indonesia melalui digitalisasi,” ujar Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko alias Teddy, dalam keterangan resmi, Selasa (26/10).
Kapan IPO Mitratel Berlangsung?
Mitratel akan melepas 25,54 miliar saham dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Nominalnya Rp22 per saham. Sementara harga penawaran awalnya berkisar Rp775–Rp975 per saham. Dengan begitu, dana yang akan dikantongi berjumlah Rp19,02 triliun sampai Rp24,9 triliun.
Proses IPO Mitratel terbagi menjadi sejumlah bagian. Pertama, penawaran awal (bookbuilding) dan roadshow akan berjalan mulai Selasa (26/10) sampai Kamis (4/11). Kemudian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan menerbitkan pernyataan efektif pada 12 November 2021.
Jika telah terbit, maka proses penawaran umum akan berlangsung pada 16-18 November 2021. Tiga hari setelahnya, tepatnya 22 November, akan dilakukan pencatatan saham (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penggunaan Dana IPO Mitratel
Berdasarkan rencana, IPO Mitratel akan digunakan untuk berbagai kebutuhan, yakni: 40 persen untuk belanja modal organik, 50 persen belanja modal anorganik, dan 10 persen untuk modal kerja serta kebutuhan lainnya.
Selain itu, perusahaan yang bergerak dalam industri menara telekomunikasi itu pun berniat untuk berekspansi ke pasar Asia Tenggara dan Asia Pasifik. “Mitratel juga telah menyiapkan strategi untuk ekspansi jangka panjang (di dua wilayah tersebut). Kami akan terus menyediakan layanan dengan kualitas prima dan harga kompetitif, dan memberi nilai tinggi bagi para investor,” kata Teddy.
IPO Memperkuat Mitratel
Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, mengatakan IPO Mitratel merupakan satu upaya penataan portofolio Telkom guna mengoptimalkan nilai anak usaha itu. Berkiprah di industri selama 13 tahun, kini Mitratel memiliki lebih dari 28 ribu menara secara nasional.
Ririek menilai, potensi pertumbuhan Mitratel begitu menjanjikan seiring perkembangan teknologi telekomunikasi (5G). Itu mendongkrak permintaan terhadap menara telekomunikasi dari para operator.
"Semoga IPO memantapkan langkah Mitratel menjadi pemain menara telekomunikasi independen terbesar, tak hanya di Indonesia, tapi juga Asia Tenggara,” katanya.
Pernyataan itu setali tiga uang dengan komentar Menteri BUMN, Erick Thohir, yang berharap IPO Mitratel mampu menciptakan efek domino berkelanjutan bagi Mitratel, Telkom Group, BUMN, dan negara Indonesia.
“Semoga Mitratel bisa membangun kepemimpinan di pasar industri menara telekomunikasi demi memperkuat ketahanan digital nasional,” ujar Erick.