Bos Barito Renewables Tanggapi Soal Harga Saham Meroket

BREN jadi emiten berkapitalisasi tertinggi pekan lalu.

Bos Barito Renewables Tanggapi Soal Harga Saham Meroket
Logo Barito Renewables Energy. (Barito Renewables Energy)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Saham BREN meroket 25,33% menjadi emiten terbesar di BEI
  • Mekanisme supply-demand dan keyakinan investor mempengaruhi harga saham BREN
  • BREN memiliki pertumbuhan kinerja dan ekspansi kapasitas pembangkit listrik EBT yang menarik minat investor

Jakarta, FORTUNE - Direksi PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menanggapi perihal harga saham perseroan yang meroket, sampai menjadi emiten berkapitalisasi pasar tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan lalu.

Berdasarkan data Google Finance, saham BREN telah melesat 25,33 persen ke harga Rp9.525 sejak awal perdagangan 2024 sampai dengan Senin (13/5). Data IDX Mobile menunjukkan, harga BREN sudah melejit 88,12 persen selama 3 bulan terakhir ini. Bahkan, sejak melantai di bursa, saham BREN telah meroket 1.117,94 persen dari harga penawaran final Rp780. 

Presiden Direktur Barito Renewables Energy, Hendra Soetjipto Tan mengatakan, manajemen perseroan tak berada di posisi yang dapat mengomentari fluktuasi harga saham, karena itu berkaitan dengan mekanisme di pasar. Namun demikian, ia mencatat dua poin terkait hal itu.

Pertama, terkait mekanisme pasar, unsur pasokan (supply) dan permintaan (demand) yang berpengaruh besar. Menurutnya, dari segi pasokan, saat ini belum banyak emiten EBT di bursa. Di sisi lain, ia menambahkan, sektor itu sedang menarik perhatian investor.

"Balik lagi ke [mekanisme] supply-demand, karena supply sedikit, demand banyak, mungkin itu yang bisa menjelaskan mengapa pergerakan saham [BREN] seperti yang kita amati beberapa bulan ini," kata Hendra dalam paparan publik insidentil BREN, Senin siang.

Adapun, selain BREN, beberapa emiten EBT yang sudah melantai di bursa saat ini, antara lain: PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY), dan PT Maharaksa Biru Energy Tbk (OASA).

Poin kedua, yakni keyakinan investor akan prospek BREN ke depan. Hendra menjelaskan, selama empat tahun belakangan ini kinerja perseroan terus bertumbuh. Berdasarkan data keuangan historis, pendapatan BREN telah naik 4,5 persen selama 2020--2023. Sementara itu, laba bersihnya melonjak 18,7 persen pada periode yang sama.

Dari segi operasional pun, BREN saat ini mempunyai dua jenis pembangkit listrik bertenaga EBT di portofolionya, yakni panas bumi (geotermal) dan angin.

Untuk segmen panas bumi, perseroan telah mengoperasikan pembangkit dengan kapasitas 886 megawatt (MW). Saat ini pun, perseroan tengah mendorong untuk menambah kapasitas geotermal hingga 116 MW. Ke depan, ekspansi area baru perseroan ditargetkan mencapai 1.000 MW, yang berarti total kapasitas pembangkit listrik geotermal BREN bisa menyentuh angka 2.002 MW.

Bagaimana dengan PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin)? Baru-baru ini, BREN telah merampungkan akuisisi aset, yang membuatnya menjalankan pembangkit dengan kapasitas 78 MW. Prospek ekspansi segmen ini bisa mencapai 318 MW. Dus, total kapasitas BREN ke depannya dapat berjumlah 396 MW.

Ditambah, BREN juga terus aktif meninjau potensi akuisisi aset EBT baru seperti tenaga surya atau air, baik itu di ranah domestik maupun internasional.

"Jadi mungkin karena itu ekspektasi dari investor yang yakin dengan kemampuan manajemen, bahwa pertumbuhan bisnis akan terus meningkat. Dus, itu alasan yang mungkin dapat menjelaskan mengapa pergerakan saham begitu aktif dan [harganya] terus mengalami kenaikan," jelas Hendra.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

OPEC+ Sepakat Tunda Kenaikan Produksi Minyak Hingga November
Bisnis Manajemen Fasilitas ISS Tumbuh 5% saat Perlambatan Ekonomi
7 Jet Pribadi Termahal di Dunia, Harganya Fantastis!
Gagal Tembus Resisten, IHSG Diprediksi Konsolidasi
Fitur AI Jadi Alasan Canva Naikkan Harga hingga 300%
Pertamina Siapkan 15 Persen Belanja Modal untuk Transisi Energi