BUKA Melejit 25% di Awal Pekan Ini, Ada Isu Akuisisi Temu

Pasar berspekulasi 3 penyebab penguatan BUKA hari ini.

BUKA Melejit 25% di Awal Pekan Ini, Ada Isu Akuisisi Temu
Ilustrasi Bukalapak. Shutterstock/Wirestock Creators
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Saham BUKA melonjak 25,22% ke Rp144 pada Senin sore
  • Volume transaksi saham BUKA mencapai 4,04 miliar saham dengan nilai transaksi Rp576 miliar
  • Penguatan harga saham BUKA dikaitkan dengan dugaan akuisisi oleh e-commerce Temu asal Cina dan divestasi BUKA di Bank Allo (BBHI)

Jakarta, FORTUNE - Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melejit 25,22 persen ke Rp144 pada Senin (10/7) sore, menjelang penutupan perdagangan.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, BUKA berada di harga Rp117 per saham. Seharian ini, BUKA bahkan sempat menyentuh harga Rp153 per saham. Rata-rata harga BUKA selama perdagangan awal pekan ini adalah Rp142,46 per saham.

Dikutip dari IDX Mobile, volume transaksi atas saham BUKA berjumlah 4,04 miliar saham. Sementara itu, nilai transaksinya berjumlah Rp576 miliar, dengan frekuensi transaksi 46.200 kali.

Ini lonjakan harga pertama BUKA sejak 30 September 2024. Pada perdagangan September lalu saja, harga BUKA hanya berhasil menguat di enam hari perdagangan, yakni pada 12, 13, 20, 25, 26, dan 27 September.

Selama setahun terakhir, saham BUKA tercatat melemah 32,08 persen. Namun, statistik tiga bulan menunjukkan harganya mulai naik 2,13 persen. Bahkan, dalam sebulan belakangan ini, BUKA sudah menguat 26,32 persen.

Rumor akuisisi Bukalapak oleh Temu

Pelaku pasar telah menghubungkan penguatan harga saham BUKA itu dengan sejumlah isu, salah satunya dugaan akuisisi oleh e-commerce Temu yang berasal dari Cina. 

Dikutip dari Algo Research, Temu milik PDD Holdings, telah menunjukkan ketertarikan untuk masuk ke pasar Indonesia. Kendati demikian, pemerintah cemas Temu aakan mendisrupsi industri UMKM lokal, karena Temu berpotensi menjual langsung produk impor dari Cina.

"Ini membuat pasar berspekulasi bahwa BUKA mungkin merupakan target akuisisi [Temu], mirip seperti TikTok dan Tokopedia, mengingat pemerintah tidak mungkin memberikan izin operasi untuk Temu," tulis Algo Research.

Selain itu, ada pula dugaan terkait divestasi BUKA di Bank Allo (BBHI). Per September 2024 lalu, BUKA memiliki 11,5 persen saham BBHI. Yang mana, investasi itu dilakukan pada 2022, dengan nilai sekitar Rp1,2 triliun dengan harga Rp478 per saham.

Meskipun saat ini BBHI diperdagangkan di harga RP925 per saham, BUKA masih mencatatkan kerugian investasi karena pada 2023, BBHI ditutup di harga Rp1.445 per saham, melemah 36 persen. 

"Pasar berspekulasi bahwa BUKA terbuka dengan opsi divestasi BBHI seiring dengan prioritas perseroan untuk memperkuat ekosistem dengan Superbank," tulis Algo Research lagi. 

Dugaan terakhir adalah peluang pemberian dividen atau aksi pembelian kembali saham oleh BUKA.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

Kurs Rupiah terhadap Dolar Hari Ini, 7 Oktober 2024: Melemah 0,92%
Riset: Gaji Pekerja Startup di Indonesia Menurun Tajam Sepanjang 2023
Jokowi: Deflasi dan Inflasi Harus Tetap Seimbang dan Terkendali
OJK Ungkap 5 Modus Kejahatan yang Bisa Kuras Isi Saldo M-Banking
5 Provinsi Pengguna Judol Terbanyak di Indonesia, Mana Saja?
Saham Teraktif Pagi Ini, 07 Oct 2024