Jakarta, FORTUNE - Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melejit 25,22 persen ke Rp144 pada Senin (10/7) sore, menjelang penutupan perdagangan.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, BUKA berada di harga Rp117 per saham. Seharian ini, BUKA bahkan sempat menyentuh harga Rp153 per saham. Rata-rata harga BUKA selama perdagangan awal pekan ini adalah Rp142,46 per saham.
Dikutip dari IDX Mobile, volume transaksi atas saham BUKA berjumlah 4,04 miliar saham. Sementara itu, nilai transaksinya berjumlah Rp576 miliar, dengan frekuensi transaksi 46.200 kali.
Ini lonjakan harga pertama BUKA sejak 30 September 2024. Pada perdagangan September lalu saja, harga BUKA hanya berhasil menguat di enam hari perdagangan, yakni pada 12, 13, 20, 25, 26, dan 27 September.
Selama setahun terakhir, saham BUKA tercatat melemah 32,08 persen. Namun, statistik tiga bulan menunjukkan harganya mulai naik 2,13 persen. Bahkan, dalam sebulan belakangan ini, BUKA sudah menguat 26,32 persen.
Rumor akuisisi Bukalapak oleh Temu
Pelaku pasar telah menghubungkan penguatan harga saham BUKA itu dengan sejumlah isu, salah satunya dugaan akuisisi oleh e-commerce Temu yang berasal dari Cina.
Dikutip dari Algo Research, Temu milik PDD Holdings, telah menunjukkan ketertarikan untuk masuk ke pasar Indonesia. Kendati demikian, pemerintah cemas Temu aakan mendisrupsi industri UMKM lokal, karena Temu berpotensi menjual langsung produk impor dari Cina.
"Ini membuat pasar berspekulasi bahwa BUKA mungkin merupakan target akuisisi [Temu], mirip seperti TikTok dan Tokopedia, mengingat pemerintah tidak mungkin memberikan izin operasi untuk Temu," tulis Algo Research.
Selain itu, ada pula dugaan terkait divestasi BUKA di Bank Allo (BBHI). Per September 2024 lalu, BUKA memiliki 11,5 persen saham BBHI. Yang mana, investasi itu dilakukan pada 2022, dengan nilai sekitar Rp1,2 triliun dengan harga Rp478 per saham.
Meskipun saat ini BBHI diperdagangkan di harga RP925 per saham, BUKA masih mencatatkan kerugian investasi karena pada 2023, BBHI ditutup di harga Rp1.445 per saham, melemah 36 persen.
"Pasar berspekulasi bahwa BUKA terbuka dengan opsi divestasi BBHI seiring dengan prioritas perseroan untuk memperkuat ekosistem dengan Superbank," tulis Algo Research lagi.
Dugaan terakhir adalah peluang pemberian dividen atau aksi pembelian kembali saham oleh BUKA.