Jakarta, FORTUNE - PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk atau Cinema XXI siap IPO (Initial Public Offering) atau debut saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga penawaran IPO XXI berkisar dari Rp270 sampai Rp288 rupiah per saham.
Dengan melepas maksimal 8,33 miliar saham baru atau 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO, Cinema XXI membidik dana terhimpun dari IPO maksimal Rp2,40 triliun. Adapun, masa penawaran awal (bookbuilding) IPO XXI akan berlangsung mulai Senin (10/7) sampai Jumat (14/7).
"Aksi korporasi ini akan mendukung perluasan jejaring Cinema XXI, menjangkau daerah-daerah yang belum memiliki bioskop," kata Direktur Utama Cinema XXI, Hans Gunadi di konferensi pers IPO XXI di Plaza Senayan, Jumat (7/7).
Adapun, berikut ini alokasi penggunaan dana IPO XXI:
- 65 persen untuk mendanai belanja modal pengembangan jaringan bioskop di Indonesia. Ini dilakukan lewat pembangunan bioskop baru, pembelian alat proyeksi gambar dan suara dengan teknologi terbaru, serta peralatan lain untuk meningkatkan kualitas bioskop saat ini.
- 20 persen untuk pembayaran kewajiban jangka pendek perseroan.
- 15 persen untuk modal kerja.
Setelah masa penawaran awal di pekan depan, perkiraan tanggal efektif IPO XXI adalah 25 Juli 2023. Lalu berlanjut ke penawaran umum pada 27-31 Juli 2023. Tanggal penjatahannya juga berjalan pada 31 Juli 2023, dengan distribusi pada 1 Agustus 2023 dan pencatatan saham di BEI pada 2 Agustus 2023.
Kinerja Cinema XXI 2022 solid dan optimisme pertumbuhan industri
Dari segi kinerja, Cinema XXI membukukan pendapatan Rp4,40 triliun pada 2022, naik dari Rp1,28 triliun pada 2021. Itu didorong oleh penjualan tiket bioskosp 61 persen, penjualan makanan dan minuman 33 persen, iklan 3 persen, dan platform digital 3 persen.
"Pendapatan Rp4,40 triliun itu setara dengan 64 persen pendapatan pada 2019, Rp6,89 triliun, sedangkan Cinema XXI baru beroperasi dengan kapasitas penuh pada Mei 2022," ujar Hans.
Perseroan pun berhasil membalikkan kerugian Rp354 miliar pada 2021 menjadi laba Rp506 miliar tahun lalu. EBITDA-nya juga bertumbuh signifikan dari Rp329 miliar menjadi Rp1,44 triliun.
Industri bioskop Indonesia mulai bertumbuh kuat lagi setelah sempat terpukul krisis pandemi Covid-19. Itu didukung oleh antusiasme masyarakat untuk kembali ke bioskop. Survei Euromonitor International menunjukkan, 76 persen masyarakat di Indonesia pergi ke bioskop dalam sebulan dan 62 persen masyarakat menilai menonton sebagai salah satu aktivitas sosial utama dengan keluarga atau teman.
Selain itu, industri film domestik pun kian berkembang. Kontribusinya terhadap gross box office Indonesia pada 2023 diproyeksi mencapai 51 persen, menurut data Euromonitor.
Tak hanya itu, potensi pertumbuhan total layar bioskop di Indonesia pun masih tinggi. Pada 2022, negara maju diproyeksikan memiliki rata-rata 84,3 layar per satu juta penduduk. Sementara Asia Tenggara hanya memiliki rata-rata 30,2 layar per satu juta penduduk. Bagaimana dengan Indonesia? Hanya 7,6 juta layar per jumlah penduduk serupa. Dengan total layar bioskop dari seluruh operator 2.107 layar di akhir 2022.
Dus, Cinema XXI pun optimistis dengan peluang industri ke depan. "Pemilihan lokasi yang strategis, yang mana mayoritas lokasi bioskop Cinema XXI ada di pusat perbelanjaan terkanal dengan arus pengunjung tinggi juga mendukung pertumbuhan bisnis kami," kata Hans.