Jakarta, FORTUNE - Berbagai lembaga keuangan memproyeksikan The Fed akan mulai memangkas Suku Bunga pada paruh kedua 2024. Lantas, apa saja Daftar Saham yang berpotensi diuntungkan jika suku bunga benar-benar diturunkan?
Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan mengatakan, MAMI Global Chief Economist mengestimasikan akan ada pemotongan Fed Fund Rate sebanyak tiga kali pada tahun ini.
Sementara itu, untuk Bank Indonesia, pasar memprediksi akan ada pemotongan suku bunga 100 basis poin (bps) sampai dengan 2025. "Kami melihat untuk tahun ini ada pemotongan suku bunga sekitar satu sampai dua kali dan masing-masing 25 bps," jelas Katarina, dikutip Kamis (15/8).
Dalam catatan Manulife, sekitar 32 persen bank sentral di seluruh dunia sendiri sudah memotong suku bunganya. Oleh karena itu, langkah tersebut berpotensi diikuti oleh The Fed dan BI.
"Jadi eranya sudah masuk ke siklus pemotongan suku bunga, sudah beralih dari suku bunga tinggi," kata Katarina.
Daftar saham yang diuntungkan peluang pemotongan suku bunga
Apabila nanti The Fed dan BI benar-benar mulai menurunkan suku bunga, apa saja daftar saham yang diuntungkan? Berikut ini ulasan informasinya.
Chief Investment Officer, Equity MAMI, Samuel Kesuma menyoroti saham-saham dari sektor telekomunikasi, keuangan, dan consumer staples.
Untuk telekomunikasi, selain karena peluang pemangkasan suku bunga, kinerja fundamentalnya pun dinilai solid karena prospek pertumbuhan laba ke depan, serta stabilnya pendapatan.
"Nanti saat ada penurunan suku bunga, valuasi sektor seperti telekomunikasi ini juga menbalami apresiasi atau peringkat yang cukup oke," jelas Samuel.
Sektor keuangan pun demikian. Sebab, di kondisi saat suku bunga lebih rendah, likuiditas perbankan pun akan terdampak, sehingga akan mempengaruhi kinerja laba dan margin profitabilitas para emiten perbankan.
Lalu, untuk sektor consumer staples, MAMI melihat, peluang penguatan rupiah di paruh II akan menyokong kinerja laba bersih para emiten di sektor tersebut. Sebab, pada semester I 2024, perusahaan-perusahaan di sektor itu mencatatkan penueunan laba karena faktor nilai tukar mata uang.