Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) diproyeksikan kembali menguat pada Jumat (17/5), setelah ditutup naik 0,93 persen ke harga 7.246,70 kemarin.
Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan mengatakan, IHSG berpotensi lanjutkan penguatan menuju kisaran 7.300 untuk membentuk pola three white soldiers pada Jumat ini.
IHSG uji level resisten di 7.250 dan membentuk rising window (gap up) pada Kamis (16/5). "Bersamaan dengan penguatan tersebut terbentuk pelebaran positive slope pada MACD dan terbentuk pola minor double bottom sebagai indikasi kuat minor bullish reversal," kata Valdy dalam riset hariannya.
Adapun, menurutnya, nilai tukar rupiah mulai nyaman di bawah Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) sampai dengan Kamis sore (16/5). Penguatan itu sejalan dengan meredanya capital outflow dari pasar saham Indonesia.
Pemicu utama adalah peningkatan keyakinan pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga the Fed di September 2024. CME FedWatch Tools mencatat peluang pemangkasan di periode tersebut di 49.7 persen, dibanding peluang ditahan sebesar 32.9 persen.
Dari eksternal, realisasi kontraksi ekonomi tahunan Jepang sebesar 2.0 persen pada kuartal I 2024, yang lebih dalam dari perkiraan (-1.5 persen) dan pelemahan produksi industri Jepang ke 6.2 persen (YoY) pada Maret 2024 diperkirakan turut memicu capital inflow ke Indonesia.
Valdy memproyeksikan IHSG hari ini bergerak dengan support di 7.200, pivot 7.250, dan resisten 7.300. Lalu, daftar saham yang ia soroti pada perdagangan akhir pekan ini (17/5), meliputi: PWON, CTRA, ASII, LSIP, dan PGEO.
Sementara itu, Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan, Bursa Asia mengalami penguatan menyusul Dow Jones. Penguatan itu karena rilis inflasi AS untuk bulan April yang kompak melemah. Yang mana, secara YoY, inflasi AS tercatat sebesar 3,4 persen atau menurun dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 3,5 persen. Lebih lanjut, penurunan inflasi AS juga diperkuat dengan penurunan inflasi inti AS, yang tercatat sebesar 3,6 persen (YoY), dari 3,8 persen.
Penurunan inflasi AS itu dinilai telah dinanti para pelaku pasar. Mengapa demikian? Jika inflasi AS konsisten menurun untuk mencapai 2 persen, maka The Fed tidak sungkan untuk memangkas suku bunganya.
"Oleh karena itu, hingga riset ini dibuat, probabilitas kemungkinan pemangkasan suku bunga paling besar terjadi di bulan September dengan probabilitas sebesar 53,5 persen," jelas Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas.
Di Tiongkok, pasar menantikan rilisnya industrial production yang kami proyeksikan naik dari sebelumnya 4,5 persen menjadi 5,4 persen (YoY) dan penjualan ritel yang diproyeksikan naik dari sebelumnya tercatat sebesar 3,1 persen menjadi 3,7 persen (YoY).
Hal itu karena inflasi Tiongkok yang dirilis sebelumnya juga mengalami kenaikan dari sebelumnya sebesar 0,1 persen (YoY) menjadi 0,3 persen (YoY). Di dalam negeri, IHSG juga ikut menguat dan terlihat menembus Moving Average 100 hari.