Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bisa menanjak ke level 7.600 pada penghujung tahun, terdorong sejumlah sentimen.
Senior Investment Specialist Sinarmas Asset Management, Domingus Sinarta Ginting Suka, mengatakan pertumbuhan earning per share (EPS) sampai akhir tahun yang direvisi naik dengan rasio price to earning (P/E) 15,5 kali dan rasio price to book (P/B) 2,2 kali.
“Pertumbuhan pendapatan emiten juga cukup bagus,” kata Domingus dalam webinar virtual, dikutip Selasa (25/10).
Sementara itu, Head of Research NH Korindo Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, mengatakan IHSG akan mencapai level 7.300 hingga 7.400 atau cenderung konservatif karena mempertimbangkan sisa hari perdagangan efektif tahun ini, yang tersisa dua bulan.
Setelah jatuh ke level 6.750, IHSG telah kembali ke rentang 7.000. Ia berharap indeks acuan saham bisa segera melampaui level 7.100. Pada akhir sesi I hari ini, IHSG ditutup di level 7.045,89 atau terkoreksi 0,10 persen.
“Jadi kalau dari 7.000, ke 7.350 sampai 7.400, atau ke level all time high–7.377–maka kira-kira butuh sekitar 5 persen return dari pasar. Apa dalam waktu dua bulan feasible untuk dicapai? Mudah-mudahan bisa,” jelasnya dalam kesempatan yang sama.
Struktur ekonomi perkuat pasar Indonesia
Domingus optimistis dengan kondisi pasar Indonesia membaik di tengah proyeksi perlambatan ekonomi global didukung tiga hal. Pertama, hilirisasi tambang–khususnya nikel.
“Yang pemerintah lakukan dalam dua tahun terakhir, yakni mengatur setiap foreign direct investment untuk tambang, terutama nikel, harus buat smelter dan lain-lain–itu berdampak positif untuk perdagangan dan struktur ekonomi kita,” ujarnya.
Hilirisasi itu bakal menjadi pemimpin pertumbuhan ekspor komoditas Indonesia di masa depan. Apalagi, di tengah proyeksi normalisasi harga batu bara dan minyak tahun depan.
“Hilirisasi akan jadi game changer untuk Indonesia,” imbuhnya.
Kedua, pertumbuhan siklus belanja modal emiten tahun depan diproyeksi lebih baik. Beberapa sektor diprediksi kembali naik, seperti ritel, bank, dan konsumer.
Ketiga, pertumbuhan ekonomi digital di tengah besarnya prospek dalam beberapa tahun ke depan. Ia menyoroti aliran investasi global yang masuk ke sektor teknologi dalam dua tahun terakhir. Di sisi lain, pengembangan di Indonesia masih di tahap awal.
“Kami ekspektasikan, sektor ini ke depannya mulai tumbuh dan mulai mendapatkan profit. Beberapa game changer-nya, GoTo, Blibli, Bukalapak, dan kawan-kawan,” ujarnya.
Selain itu, kembalinya aktivitas perkantoran belakangan ini juga dinilai akan berefek positif terhadap sektor ritel, restoran, fesyen, dan sebagainya. Menurutnya, setelah kenaikan BBM, tercatat ada kenaikan transaksi di berbagai bidang ritel tersebut. Khususnya di kota-kota besar.