Jakarta, FORTUNE - Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang masuk ke Papan Pemantauan Khusus (PPK) menguat 9,77 persen ke harga Rp7.300 pada Selasa (11/6), melanjutkan kenaikan 9,92 persen pada awal pekan ini.
Penguatan saham BREN dua hari berturut-turut itu terjadi setelah saham terkoreksi tiga hari pada 5–7 Juni 2024. Selama sepekan terakhir, BREN telah tertekan 11,52 persen.
Pembalikan harga dari zona merah ke hijau itu terjadi seiring dengan kabar soal aksi pembelian saham BREN oleh Chairman Grup Barito Pacific, Prajogo Pangestu pada 10 Juni 2024. Ia memborong hampir 37,85 juta saham BREN. Namun, perseroan tidak mengungkapkan detail mengenai harga pembeliannya.
"Penambahan kepemilikan saham ini merupakan bentuk kepercayaannya sebagai Chairman Grup Barito atas langkah strategis pengembangan dan ekspansi usaha yang telah dilakukan oleh Barito Renewables bersama anak usaha, Star Energy Geothermal dan Barito Wind Energy," kata Direktur dan Corporate Secretary BREN, Merly, dikutip Selasa.
Adapun, baru-baru ini Barito Renewables telah merampungkan akuisisi penting yang menambah portofolio energi hijau melalui Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sidrap 1, melalui anak usahanya: Barito Wind Energy. Kapasitas fasilitas itu mencapai 75 megawatt (MW).
Selain Barito Wind Energy, entitas anak usaha Barito Renewables lainnya, yakni Star Energy Geothermal, kini tengah merealisasikan penambahan 116 MW kapasitas total panas bumi yang tersebar di tiga wilayah operasinya: Salak, Darajat, dan Wayang Windu. Hal itu dilakukan sebagai upaya perseroan meningkatkan kapasitas melalui pertumbuhan organik.
Sekitar 53 MW peningkatan kapasitas akan diraih melalui dua strategi, yaitu:
- Pengembangan Salak Binary
- Program retrofit.
"Saat ini, program Salak Binary dan retrofit sudah berjalan dan kami targetkan rampung secara berkala hingga 2026 nanti," kata Direktur Utama BREN, Hendra Tan pada akhir Mei 2024.
Dengan adanya penambahan kapasitas dari program retrofit, pendapatan perseroan diproyeksi bisa naik sekitar US$40 juta per tahun.
Deputy Chief Asset Management Star Energy Geothermal, Suharsono Darmono mengatakan, Salak Binary merupakan inovasi penerapan teknologi terbaru di panas bumi dengan menyerap Energi panas dari Hot Brine Water yang sebelumnya tidak di manfaatkan. Kemudian, itu disulap menjadi energi listrik Program Retrofit merupakan bagian dari kegiatan peningkatan efisiensi pembangkit listrik BREN.
“Efisiensi yang dilakukan oleh Star Energy Geothermal mencakup re-engineering, improvement dan optimalisasi penggantian cooling tower, serta turbine rotor menggunakan teknologi yang lebih baru,” kata Suharsono.
Selain Salak Binary, Star Energy juga melakukan program retrofit yang akan menambah kapasitas sebesar 39,2 MW untuk area operasional Salak, Darajat dan Wayang Windu.
Commercial Operation Date (COD) untuk Salak dan Wayang Windu akan dilakukan pada tahun 2025. Sementara untuk Darajat ditargetkan akan rampung pada 2026