Jakarta, FORTUNE – Pendapatan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) diproyeksi naik 22,7 persen (YoY) pada 2023. Laba bersihnya pun diprediksi mencapai Rp5,2 triliun, menurut BRI Danareksa Sekuritas.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Eka Savitri mengatakan, perkiraan kinerja itu ditopang oleh beberapa faktor, yakni: pertumbuhan kredit 15,9 persen (YoY), dengan pertumbuhan kredit konsumen 20,1 persen (YoY); peningkatan NIM setara 6,3 persen berkat kenaikan eksposur pembiayaan gaji; pertumbuhan biaya operasional 9,8 persen; dan biaya pembiayaan lebih terkendali sebesar 170 basis poin.
“Analisis sensitivitas kami menunjukkan, setiap kenaikan biaya kredit sebesar 10 basis poin akan menurunkan laba bersih 3,2 persen,” jelas Eka, dikutip dari risetnya pada Selasa (14/3).
Adapun, sejalan dengan strategi manajemen pada pembiayaan konsumen, terjadi pertumbuhan kredit konsumen (YoY) yang mayoritas ditopang oleh pertumbuhan kredit gaji 41,8 persen (YoY) per Desember 2022.
Eka menilai, BSI berada di posisi yang baik untuk memanfaatkan segmen tersebut, mengingat kebijakan pemerintah yang memperbolehkan BSI bersaing dengan bank himbara lain untuk mengelola rekening gaji PNS dan BUMN. “Itu akan membantu memaastikan kesinambungan saldo tabungan wadiah di masa mendatang,” ujarnya.
Efisiensi biaya jadi fokus lain BSI
Selain fokus pada segmen ritel, efisiensi biaya pun akan diperhtikan. BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan rasio cost to income (CIR) akan menurun 50,1 persen. Itu berkat langkah aktif manajemen mengkaji sisa 77 outlet berkinerja buruk pada Desember 2022. Angka itu menurun dari periode serupa pada 2021, yang mencapai 165 outlet.
Untuk saham, BRI Danareksa Sekuritas menetapkan target harga Rp1.800 dengan proyeksi rasio price to book value 2023 2,2 kali setelah rights issue Rp5 triliun. Cost of equity (CoE) diprediksi mencapai 9,0 persen, pertumbuhan jangka panjang 3,0 persen, dan ROAE 16,3 persen.
Kendati begitu, masih ada risiko yang membayangi BRIS, yaitu: penundaan eksekusi akuisisi peminjam gaji yang ditargetkan, risiko intervensi pemerintah, dan provisi lebih tinggi dari potensi kualitas aset lebih rendah.
Sepanjang perdagangan Selasa, saham BRIS terkoreksi 4,1 persen di harga Rp1.515. Data RTI Business menunjukkan, volume transaksi mencapai 55,0 juta saham, dengan nilai transaksi Rp83,6 miliar, dan frekuensi transaksi 10.630 kali.