Jakarta, FORTUNE - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) membantah kabar merger GoTo dan Grab, Selasa (4/2).
Sekretaris Perusahaan GOTO, R A Koesoemohadiani mengklarifikasi bahwa tak ada kesepakatan antara perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi merger.
"Perseroan mencatat bahwa berita yang sama juga beredar dari waktu ke waktu di masa lampau dalam beberapa tahun terakhir dan berita-berita tersebut adalah berdasarkan spekulasi," jelasnya dalam keterbukaan informasi IDX atau Bursa Efek Indonesia (BEI).
Lebih lanjut, ia menambahkan, berita yang beredar di media massa juga tidak berdampak merugikan terhadap kegiatan operasional dan kelangsungan usaha perseroan.
Sebelumnya, perwakilan Grab Indonesia juga telah buka suara terkait isu merger Grab-GoTo yang kembali muncul. "Kami tidak berkomentar mengenai rumor atau spekulasi yang beredar," demikian pernyataan Grab kepada Fortune Indonesia.
Grab disebut pertimbangkan akuisisi GoTo dengan valuasi US$7 miliar
Kabar merger Grab-GoTo dilaporkan kembali oleh Bloomberg pada Selasa pagi waktu Indonesia Barat (WIB). Kedua pihak disebut mempercepat diskusi merger dan menargetkan kesepakatan pada tahun ini. Diskusi tersebut semakin intensif dalam beberapa pekan terakhir.
Salah satu opsi yang dibahas adalah akuisisi seluruh saham GoTo dengan nilai lebih dari Rp100 per saham. Harga itu lebih tinggi 14,94 persen dari harga saham GOTO di akhir perdagangan 4 Februari 2025, Rp87.
"Pengambilalihan tersebut dapat menghasilkan valuasi lebih dari US$7 miliar," demikian dikutip dari Bloomberg. Narasumber yang sama juga mengatakan, "Pembicaraan saat ini mungkin tidak mengarah pada transaksi sama sekali."
Jika kesepakatan itu benar-benar terjadi, maka Grab dan GoTo dapat mengurangi biaya dan tekanan persaingan di tengah kinerja yang masih merugi saat ini.
Isu akuisisi antara Grab dan GoTo memang sempat dilaporkan beberapa kali, termasuk pada Oktober 2020 dan awal 2024. Sebelum 2025, tantangan aksi merger itu meliputi ketidaksepakatan antara para pihak terkait dan potensi hambatan antimonopoli.
Adapun, baik Grab maupun GoTo sedang berusaha memperbaiki kinerja keuangan. Salah satunya dengan mengeksekusi kesepakatan lebih kecil. Contohnya, Grab yang membeli jaringan supermarket di Malaysia dan aplikasi reservasi di Singapura. Di sisi lain, GoTo memilih melepaskan kendali atas divisi e-commerce kepada TikTok milik ByteDance.