Jakarta, FORTUNE - PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), selaku pemegang saham terbesar PT Super Bank Indonesia, buka suara perihal kabar IPO Superbank yang baru beredar.
"Sebagai salah satu pemegang saham utama Superbank, kami menghormati kebijakan Superbank untuk tidak memberikan komentar terkait rumor atau spekulasi yang beredar," kata Corporate Communication Head Emtek, Beverly Gunawan kepada Fortune Indonesia saat ditanya soal kabar IPO Superbank, Rabu (15/1).
Untuk saat ini, Grup Emtek menyatakan sepenuhnya mendukung fokus Superbank dalam menghadirkan solusi keuangan inovatif, juga mendorong pertumbuhan inklusif bagi nasabahnya.
Berdasarkan informasi pemegang saham di situs webnya, PT Elang Media Visitama milik Grup Emtek memegang saham Superbank sebesar 31,27 persen. Selain itu, pemegang saham terbesar kedua adalah Singtel Alpha Investments Pte. Ltd. dengan kepemilikan saham 20,56 persen. Lalu diikuti oleh PT Kudo Teknologi Indonesia (19,26 persen) milik Grab; A5-DB Holdings, Pte. Lt. (11,58 persen); KakaoBank Corp. (10,00 persen); dan penegang saham dengan kepemilikan masing-masing di bawah 5 persen (7,33 persen).
Sebelumnya, Superbank Indonesia dilaporkan tengah memperhitungkan opsi IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI), paling cepat pada 2025.
Dikutip dari Bloomberg, Superbank sedang menjajaki kolaborasi dengan beberapa bank untuk membantu aksi penjualan saham dengan potensi nilai sekitar US$200 juta–US$300 juta atau sekitar Rp3,26 triliun–Rp4,89 triliun. Laporan yang sama juga menyebut, valuasi yang dibidik Superbank berkisar di antara US$1,5 miliar–US$2 miliar (sekitar Rp24,45 triliun Rp32,60 triliun).
Namun, diskusi terkait IPO Superbank itu disebut masih berada di tahap awal. "[Sehingga] belum tentu menghasilkan kesepakatan [dan target dana serta valuasi masih dapat berubah]," kata sumber anonim Bloomberg.
IPO perusahaan mercusuar
Apabila IPO Superbank benar-benar dilaksanakan dengan target nilai emisi yang disebutkan dalam laporan tersebut, maka itu akan termasuk ke dalam IIPO perusahaan mercusuar atau lighthouse company.
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebut, ada dua perusahaan jumbo yang berada di daftar antrean IPO (pipeline) saham bursa. Keduanya dialihkan dari lis pipeline IPO yang belum merealisasikan pencatatan saham pada 2024.
"Sepertinya sih sudah tercatat, kan kemarin saya pada Desember bilang, masih ada tiga [perusahaan]. Nah, tiga itu dibawa ke sini [tahun 2025]," ujar Nyoman, Senin (13/1).
Adapun, IPO perusahaan mercusuar berarti memenuhi dua karakteristik penting, yakni: kapitalisasi pasar paling tidak Rp3 triliun dan realisasi free float setidaknya 15 persen.