Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) diprediksi menguat lagi dalam jangka pendek pada Jumat (8/3), setelah berhasil ditutup di rekor tertinggi (all time high) sepanjang 2024.
Kemarin, IHSG naik 0,60 persen di level 7.373,96. Itu merupakan level tertinggi setelah 7.359,76 pada 4 Januari 2024.
Menurut CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya, di akhir pekan ini IHSG berpeluang kembali meneruskan penguatan jangka pendek setelah kemarin sukses menggeser rentang konsolidasinya menuju arah lebih baik.
Salah satu katalis di balik hijaunya IHSG adalah musim pengumuman kinerja tahunan para emiten. Selain itu, ada pula sentimen positif dari rilis data ekonomi terbaru, yakni cadangan devisa pada Februari.
"Rilis data itu masih menunjukkan ekonomi Indonesia berada dalam kondisi stabil, yang juga menjadi salah satu faktor penopang pergerakan IHSG," jelas William dalam riset hariannya.
Dengan begitu, William memproyeksikan IHSG melaju di kisaran support 7.256 dan resisten di 7.403. Saham-saham yang ia pilih, terdiri dari: BSDE, JSMR, BBNI, AALI, BBCA, dan ITMG.
Proyeksi IHSG secara teknikal
Head of Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan memprediksi IHSG akan mengalami konsolidasi pada Jumat ini, dengan pergerakan di kisaran support 7.350 dan resisten di 7.385.
Menurutnya, secara teknikal IHSG tertahan di level resisten kuat pada 7.375 setelah membentuk pola rising window. "Secara teknikal, indikator MACD menunjukkan sinyal golden cross dan tervalidasi dengan pelebaran pada slope positif, sedangkan indikator Stochastic cenderung bergerak naik menuju area oversold," jelasnya dalam riset harian.
Dari global, rilis data Consumer Credit Change di Amerika Serikat pada bulan Januari 2024 diproyeksikan meningkat menjadi USD 9.25 miliar, naik dari angka sebelumnya sebesar USD 1.56 miliar di Desember 2023. Meskipun terjadi peningkatan dalam kredit konsumen, data inflasi AS menunjukkan penurunan menjadi 3.1% pada bulan Januari 2024. Penurunan inflasi ini memberikan indikasi bahwa meskipun terjadi peningkatan konsumsi kredit, harga barang dan jasa cenderung stabil atau bahkan menurun, sehingga konsumen merasa lebih percaya diri terhadap prospek ekonomi kedepannya.
Dari regional, pasar tengah menantikan rilis data Jepang yang menunjukan optimistis terhadap perekonomian. Adapun, leading economic index prel pada Desember 2023 berada di level 110.20, serta didukung oleh data coincident index prel yang diproyeksikan akan tertahan pada level 115.90.
Di samping itu, perhatian juga tertuju pada rilis data inflasi Tiongkok (8/3) yang diperkirakan akan meningkat menjadi 0.40 persen pada Februari 2024, dari sebelumnya -0.80 persen pada Januari 2024. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi di Tiongkok mulai meningkat.
Dari domestik, ada penurunan pada cadangan devisa Indonesia di bulan Februari 2024, yang mencapai angka US$144 miliar, menurun dari level sebelumnya yang tercatat sebesar US$145 miliar pada Januari 2024. Penyebabnya adalah proses pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah.
Meskipun terjadi penurunan, namun cadangan devisa masih menunjukkan kekuatan yang signifikan, hal ini ditunjukan denngan tingkat pembiayaan yang seimbang dengan 6.5 bulan impor atau 6.3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. "Yyang secara jelas melebihi standar internasional sekitar 3 bulan impor," kata Valdy lagi.
Ia pun memproyeksikan IHSG melaju di rentang support 7.330, pivot 7.350, dan resisten di 7.385. Saham-saham pilihannya, terdiri dari: TINS, MDKA, ACES, ADMR, dan TKIM.