Labuan Bajo, FORTUNE - Selama sepekan terakhir, pasar relatif lesu, tepatnya setelah pelantikan Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara soal ini.
Berdasarkan data perdagangan per Kamis (31/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 2,63 persen ke level 7.574,02 dalam lima hari perdagangan belakangan. Salah satu faktornya adalah naiknya ekspektasi investor terhadap pemerintahan baru yang resmi menjabat per pekan lalu. Khususnya, dengan adanya peningkatan target pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) menjadi 8 persen dalam lima tahun ke depan dalam janji Prabowo.
“Investor wait and see, dengan kabinet yang ada sekarang, bagaimana pencapaian 100 hari pertamanya? Apa gebrakan-gebrakan yang dilakukan pemerintahan Prabowo, apalagi dengan kenaikan target PDB yang selama ini tumbuh sekitar 5 persen,” kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman dalam acara Capital Market Journalist Workshop di Labuan Bajo, Kamis.
Sebab, segala strategi dan langkah dari pemerintahan baru berpotensi berdampak terhadap kinerja emiten di bursa. Misalnya, emiten perbankan, yang bisa saja terpengaruh oleh wacana izin pemutihan utang atau kredit milik para petani, nelayan dan UMKM, yang jumlahnya sekitar 6 juta kredit.
“Ini juga akan berdampak terhadap pasar,” ujar Iman.
Sentimen global, termasuk Pemilu AS
Kendati demikian, bukan hanya sentimen dari transisi pemerintahan yang membuat pasar terkoreksi dalam seminggu terakhir. Ada faktor global dan kondisi perusahaan juga.
Iman menyoroti sentimen dari kondisi geopolitik di Timur Tengah dan pemilihan umum Amerika Serikat (AS). Yang mana, sebagian besar analis disebut memprediksi Donald Trump akan menang.
Dalam catatan Pilarmas Investindo Sekuritas, Bursa Asia hari ini bergerak melemah akibat sikap para pelaku pasar yang lebih berhati-hati menjelang data ketenagakerjaan non farm payrolls AS pada hari Jumat, pemilihan presiden pada hari Selasa mendatang, dan keputusan kebijakan The Fed pada hari Kamis pekan depan.
Tim riset Pilarmas Investindo menjelaskan, pada putaran akhir kontes presidensial AS, jajak pendapat masih menempatkan Donald Trump dari Partai Republik dan Kamala Harris dari Partai Demokrat secara bersaing ketat, meskipun pasar keuangan condong ke arah kemenangan Trump.
Selain itu, pada malam hari ini di Amerika Serikat (AS) akan dirilis core PCE price index yang diprediksi naik dari sebelumnya 0,1 persen (MoM) menjadi 0,3 persen (MoM), personal income yang diprediksi naik dari sebelumnya 0,2 persen (MoM) menjadi 0,3 persen (MoM), dan personal spending yang diprediksi naik dari sebelumnya 0,2 persen (MoM) menjadi 0,4 persen (MoM).
“Proyeksi ini mengindikasikan The Fed sepertinya hanya memangkas tingkat suku bunganya sebesar 25 bps pada pertemuan di bulan ini,” demikian catatan Pilarmas Investindo Sekuritas dalam riset penutupan perdagangan.
Sementara itu, di Asia pada hari ini, indeks PMI manufacturing Tiongkok tercatat naik dari sebelumnya 49,8 poin menjadi 50,1 poin. Ini menunjukkan aktivitas manufaktur Tiongkok mulai berada pada zona ekspansi setelah sekian lama berada pada zona kontraksi. Para pelaku pasar menantikan kejelasan lebih lanjut mengenai stimulus dari Tiongkok minggu depan, saat para pejabat mengadakan kongres selama seminggu. Sedangkan di Jepang, pada hari ini tingkat suku bunga Bank of Japan (BoJ) diputuskan tak berubah pada level 0,25 persen. Oleh karenanya, yen menguat dari posisi terendah hampir tiga bulan terhadap dolar.