Jakarta, FORTUNE - PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredo Hutchison (IOH) kabarnya akan mulai menjual saham pada bisnis fiber optic mulai Maret ini. Nilai transaksinya diperkirakan akan melampaui US$1 miliar atau lebih dari Rp15 triliun.
Kendati demikian, perusahaan itu belum menentukan besaran saham dari transaksi tersebut.
"Penjualan itu akan dilakukan setelah IOH menerima minat dari investor infrastruktur dan keuangan global, serta perusahaan-perusahaan strategis yang ingin bermitra dengan perusahaan itu untuk lebih memperluas bisnis fiber optiknya," kata narasumber yang meminta identitasnya dirahasiakan kepada Reuters, dilansir Jumat (8/3).
Untuk membantu proses transaksi, Indosat dilaporkan telah menunjuk Citigroup.
Fortune Indonesia telah menghubungi perwakilan juru bicara Indosat, tetapi belum ada tanggapan sampai berita ini dirilis.
Di sisi lain, Citigroup menolak berkomentar.
Saham ISAT menguat 0,21 persen ke harga Rp11.675 pada Jumat pukul 16.42 WIB.
Aset infrastruktur digital Asia Tenggara tarik minat investor
Peluang aksi korporasi tersebut muncul di tengah munculnya minat investor global terhadap sektor teknologi Asia Tenggara. Tepatnya aset infrastruktur digitalnya.
Emiten telekomunikasi pelat merah Indonesia, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dilaporkan tengah menimbang-nimbang opsi untuk melego saham bisnis pusat data pada paruh kedua 2024.
Pada Februari lalu, Telkom Indonesia kabarnya tengah memilih penasihat keuangan dan mempertimbangkan jumlah saham yang akan dilepas, menurut Senior Vice President Vorporate Communication dan Investor Relations Telkom, Ahmad Reza, dikutip dari Reuters.
Dua sumber anonim yang dilansir dari Reuters menyebut, aksi itu akan dilakukan pada Maret ini, dengan memberi nilai bisnis pusat data Telkom lebih dari US$1 miliar.
Sedikit mundur ke September 2023, perusahaan investasi global KKR & Co mengambil alih 20 persen unit bisnis pusat data regional Singapore Telecommunications dengan nilai US$1,1 miliar.
Dengan investasi tersebut, valuasi bisnis pusat data regional Singtel bernilai S$5,5 miliar.
Lebih lanjut, pada 2027 KKR bahkan akan memiliki opsi meningkatkan kepemilikannya menjadi 25 persen, sesuai penilaian yang telah disepakati sebelumnya.
Ini berkaitan juga dengan rencana KKR & Co meningkatkan aktivitas investasi di Asia Tenggara pada 2024, yang dinilai memiliki fundamental jangka panjang yang baik.
Menurut Kepala Bisnis Ekuitas Swasta KKR di Asia Tenggara, Prashant Kumar, beberapa faktor menjadi pendorongnya, seperti demografi yang besar, muda, dan masih meningkat; pertumbuhan kelas menengah; kenaikan urbanisasi; disrupsi teknologi; dan peningkatan konsumsi domestik secara stabil.
KKR & Co pun akan menimbang semua sektor, "Termasuk sektor prioritas seperti teknologi, layanan kesehatan, konsumsi, serta manufaktur, dan logistik rantai pasokan," ujar Kumar, dilansir dari Straits Times.
Perusahaan investasi ekuitas swasta itu sendiri telah menutup putaran pendanaan KKR Asia Pacific Infrastructure Investors II dengan nilai US$6,4 miliar.