Ini Dampak Peluang Pemotongan Suku Bunga ke Sektor Batu Bara

Ada dua katalis utama untuk sektor batu bara di 2025.

Ini Dampak Peluang Pemotongan Suku Bunga ke Sektor Batu Bara
ilustrasi batu bara (Unsplash.com/Nikolay Kovalenko)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed akan mempengaruhi harga minyak dan biaya utama perusahaan pertambangan.
  • Permintaan batu bara Cina meningkat 12% pada 2024, namun berpotensi turun pada 2025.
  • Harga batu bara acuan Newcastle diperkirakan mencapai US$130 per ton, berdampak moderat terhadap emiten batu bara Indonesia.

Jakarta, FORTUNE - Seiring dengan adanya ekspektasi pasar atas pmangkasan Suku Bunga pada September ini, bagaimana dampaknya terhadap sektor batu bara dan emitennya?

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI), Rizkia Darmawan mengatakan, proyeksi dimulainya tren pemangkasan suku bunga acuan The Fed akan mempengaruhi  harga minyak, salah satu faktor yang juga erat berkaitan dengan biaya utama para perusahaan pertambangan.

"Secara keseluruhan, kami memperkirakan harga minyak akan diperdagangkan antara US$70–80 per barel pada 2025, setelah rata-rata harga US$85 per barel pada 2024," kata Darma dalam risetnya, dikutip Rabu (11/9).

Hal itu didorong oleh permintaan dari Cina dan India, yang bertumbuh secara stabil di tengah pengurangan produksi OPEC+ dan kebijakan energi AS yang membatasi kenaikan produksi tersebut.

Adapun, sebelumnya, impor batu bara Cina telah berkurang akibat perlambatan ekonomi setelah mengalami lonjakan pada 2023. Meski demikian, Darma memproyeksikan permintaan batu bara Cina meningkat 12 persen (YoY) pada 2024, lalu akan ada potensi penurunan pada 2025.

Bagaimana dengan pasar lain? Di Asia Tenggara, permintaan batu bara hingga 2025 akan ditopang oleh dolar yang lebih lemah dan penambahan pembangkit listrik tenaga termal.

Lebih lanjut, Darma memperkirakan harga batu bara acuan Newcastle akan mencapai US$130 per ton, dengan asumsi harga minyak mentah Brent sekitar US$70–80 per carel. Darma menilai, itu hanya akan berdampak moderat terhadap Emiten Batu Bara dalam cakupan MASI.

"Dengan demikian, pertumbuhan volume dan efisiensi biaya tetap menjadi katalis utama bagi sektor batu bara Indonesia tahun depan," katanya.

 Emiten yang MASI soroti adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Target harganya ditingkatkan dari Rp3.470 menjadi Rp3.470. Dengan proyeksi rasio price to earning 4,7 kali (2024) dan 5,3 kali (2025); ROE 14,9 kali (2024) dan 13,1 kali (2025); serta yield dividen sebesar 10,3 persen (2024) dan 9,1 persen (2025).

"ADRO memiliki posisi yang baik untuk memanfaatkan katalis pada 2025. Stripping ratioyang rendah memastikan biaya tunai terendah di sektor ini dan transisi dari PKP2B ke UPK menambah manfaat dari pengurangan royalti dan pajak," jelas Darma.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Apa itu Review? Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Cara Membuatnya
AMDAL Jadi Kendala, Proyek Pabrik Chandra Asri Tertunda
Siapa Pemilik Le Minerale? Ini Profilnya
Ancam Mogok Kerja 2 Hari, KSPI Tolak Wacana PPN 12 Persen
Antisipasi ledakan Trafik Data, Jaringan AI Butuh Peningkatan
Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024