Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) konsisten tertekan pada zona merah sepanjang Kamis (5/2), dengan pelemahan 1,61 persen pada akhir perdagangan. Utamanya karena loyonya saham-saham bank raksasa.
Head of Research InvestasiKu by Mega Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya, mengatakan selain karena merosotnya harga saham bank raksasa, koreksi IHSG kemarin pun terjadi karena penurunan harga komoditas.
Hal itu membuat sektor energi dan bahan baku, yang biasa menjadi penopang indeks, turut terkoreksi.
Lalu, minggu ini termasuk perdagangan pekan pendek. “Transaksi juga relatif sepi di bawah rata-rata harian,” katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis (2/5).
Yang paling penting, para pelaku pasar pun masih mencerna hasil dan proyeksi FOMC Fed pada Rabu (1/5) malam waktu Amerika Serikat (AS). Ketidakjelasan ihwal langkah Fed selanjutnya membuat mereka menunggu.
“Belum jelas justru [keputusan Fed], masih mencermati perkembangan rilis data ekonomi AS,” jelas Cheril.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji, mengatakan tahun ini Fed diproyeksikan belum memungkinkan untuk melakukan penurunan suku bunga acuan Fed Fund Rate. Hal yang kemudian memberi sentimen negatif untuk pasar.
Kemudian, PMI Manufaktur Indonesia juga menurun jadi 52,9 poin pada April 2024, dari 54,2.
“Dari domestik, kami melihat inflasi sebenarnya turun ternyata di bawah ekspektasi, tapi masih relatif stabil,” ujar Nafan kepada Fortune Indonesia.
Analisis teknikal
Phintraco Sekurits melaporkan, IHSG menutup gap 7.150-7.180 bersamaan dengan pullback Kamis.
Akan tetapi, terdapat lower shadow panjang pada penutupan perdagangan Kamis (2/5). Pergerakan tersebut mengindikasikan adanya aksi beli pasca IHSG tutup gap.
Jika IHSG bertahan di atas 7.100, terdapat peluang rebound kembali ke kisaran 7.150 pada Jumat (3/5).
“Sebaliknya, jika breaklow 7.100, maka IHSG berpotensi kembali uji level psikologis 7.000 (3/5),” kata Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan.
Saham-saham bank mengalami sell-off signifikan pada Kamis (2/5).
Tampaknya pasar masih mencoba merefleksikan keputusan Fed dini hari tadi (2/5) terhadap harga saham bank saat ini.
Selain menahan suku bunga acuan, Fed menyatakan tidak ada rencana kenaikan suku bunga acuan pada 2024. Nilai tukar rupiah menguat 0.46% ke Rp16,180/USD pada sorenya.
Di sisi lain, pasar mungkin merespons pernyataan Fed tersebut sebagai indikasi bahwa Fed akan menahan suku bunga acuan pada level saat ini untuk waktu lebih lama.
CME FedWatch Tools mencatat peluang pemangkasan suku bunga acuan pada September 2024 sebesar 43.9 persen, hampir sama dengan peluang dipertahankan sebesar 42 persen. Peluang terbesar pemangkasan kini bergeser ke FOMC November 2024.