Jakarta, FORTUNE - Tren mengonsumsi produk herbal dan suplemen di masa pandemi Covid-19 memberikan keuntungan bagi emiten sektor kesehatan, salah satunya PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. Dengan kondisi pandemi dan varian Omicron yang masih berkembang saat ini, seperti apa prospek bisnis Sido Muncul tahun ini ?
Perusahaan jamu dengan kode emiten SIDO ini membukukan penjualan Rp4,02 triliun sepanjang 2021, tumbuh 20,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Laba bersih perusahaan juga melonjak 35 persen (YoY) menjadi Rp1,26 triliun.
Tolak Angin, produk dalam kategori Herbal dan Suplemen menjadi penopang utama penjualan bersama dengan produk dari segmen Makanan dan Minuman seperti Vitamin C1000, Minuman Jahe, dan Tolak Linu.
“Tren herbal dan suplemen diperkirakan masih menjadi kontributor utama pada 2022, seiring dengan kesadaran akan kesehatan yang terus meningkat,” kata Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Cindy Alicia Ramadhania dalam risetnya, dikutip Kamis (17/2).
Pergerakan saham SIDO
Saham SIDO tercatat menguat tipis (1,06 persen) ke level Rp955 pada Kamis pukul 09.10 WIB. Dalam lima hari terakhir, saham juga telah naik 1,60 persen.
Tingkat kenaikan sepanjang perdagangan 2022 bahkan mencapai 9,20 persen. Sementara itu, harga SIDO telah menanjak 22,58 persen selama setahun ini.
Cindy menetapkan target harga Rp1.060 per saham untuk SIDO.Hal itu menyiratkan estimasi price to earnings (P/E) ratio 2022 sebesar 22,1x dengan potensi kenaikan 12,2 kali.
Namun, masih ada pula risiko yang membayangi prospek SIDO tahun ini seperti: biaya bahan baku dan permintaan produk baru yang lebih rendah.
Fokus ekspansi SIDO untuk sokong kinerja
Terkait produk, produsen jamu dan produk herbal itu berencana merilis minuman kesehatan siap konsumsi (ready to drink) terbaru dan sejumlah suplemen herbal pada 2022.
SIDO tercatat meluncurkan 11 produk atau varian baru selama 2021, meningkat 175 persen dan menyumbang 4 persen terhadap penjualan. Perusahaan juga menargetkan ekspansi outlet hingga mencapai 150 ribu tahun ini. Fokus areanya adalah luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, dan timur Indonesia.
Hingga 2021, perseroan telah memiliki 135 ribu outlet, meningkat dari 113 ribu outlet setahun sebelumnya. Jumlah itu pun melampaui target yang ditetapkan sebelumnya mencapai 120 ribu.
Tak hanya di dalam negeri, emiten kesehatan itu juga akan mengembangkan essential oil dengan kualitas lebih tinggi dengan membidik pasar potensial seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Mereka juga akan membidik ekspansi ke Asia Tenggara dan ECOWA (Economic Community of West African States).
Ekspor telah menyumbang 4 persen terhadap penjualan. SIDO menargetkan peningkatan kontribusi ekspor hingga 5–7 persen. Secara keseluruhan, penjualan ekspor SIDO lebih tinggi 86 persen (YoY) pada 2021 berkat pemulihan pengiriman ke Nigeria dan Malaysia—serta kontribusi penjualan minyak atsiri ke Prancis.