Jakarta, FORTUNE - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) bakal mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (11/4). Dengan kapitalisasi pasar maksimal sekitar Rp400 triliun, maka IPO dekakorn ini berpotensi mendongkrak indeks teknologi di bursa.
Menurut Deputy Head of Equity Research BNI Sekuritas, Aurellia Setiabudi, IPO GoTo berpotensi mengangkat bobot indeks teknologi BEI hingga 10 persen. “Dengan weighting sektor teknologi sekitar 5 persen, saat GoTo listing, sektor itu akan tumbuh dari 5 persen jadi 10 persen,” ujarnya di gelaran Media Gathering BNI Sekuritas, dikutip Jumat (1/4).
Hal itu akan membawa efek domino positif bagi pasar modal Indonesia, seperti yang terjadi di bursa Amerika Serikat, Cina, dan Korea Selatan.
Terlebih, GoTo memiliki berbagai keunikan sebagai perseroan. Berikut ini perinciannya:
Keunikan IPO GoTo
Pertama, GoTo hanya melepas kurang dari lima persen dari jumlah saham, yakni 40,61 miliar lembar saham seri A. Kemudian, nilai nominalnya hanya Rp1 per lembar.
Selain itu, perseroan juga menawarkan opsi penjatahan lebih sampai 15 persen (maksimal 6,09 miliar saham seri A dan treasuri). Ditambah dengan pilihan greenshoe guna menjaga stabilitas harga setelah IPO.
Head of Research NH Korindo Sekuritas, Anggaraksa Arismunandar juga menyoroti keunikan IPO GoTo. Hal itu termasuk pembagian kelas saham GoTo yang terbagi jadi dua seri, nilai nominal per saham yang kecil dengan total peredaran yang besar, serta periode lock-up bagi pemegang saham existing.
Saham GOTO punya pengaruh besar
Dengan kapitalisasi pasar yang berpotensi menembus Rp400 triliun, saham GoTo akan punya pengaruh besar bagi indeks teknologi, menurut Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada.
Namun, saham dengan kapitalisasi besar (big cap) seperti GoTo bak pisau bermata dua bagi indeks tempatnya bernaung. Ketika harganya naik, maka valuasi indeks akan terdongkrak—begitu pula sebaliknya.
“Kalau misalnya saham-saham itu (big cap) turun, pasti indeks akan turun. Setelah itu, pasti akan menyeret saham lain (di indeks) karena pelaku pasar akan berpersepsi, ‘yang big cap saja turun, masa saya beli yang small cap’, padahal—katakanlah—small cap ini enggak ada isu apa-apa,” jelasnya kepada Fortune Indonesia lewat sambungan telpon.
Fenomena serupa menurutnya terjadi pada PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), yang awalnya digadang-gadang memiliki kapitalisasi hingga ratusan miliar rupiah.
“Tapi begitu (sahamnya) Bukalapak turun, ini akan berimbas ke pemain lain seperti fintech,” imbuhnya.
Dalam rangkaian IPO GoTo, perusahaan per hari ini (1/4) memulai masa penawaran umum saham hingga Kamis (7/4). Sedangkan untuk periode pencatatan, dijadwalkan akan digelar 11 April mendatang.