January Effect: Definisi, Sejarah, dan Penyebab Kelahirannya

January effect adalah momentum yang investor tunggu di 2023.

January Effect: Definisi, Sejarah, dan Penyebab Kelahirannya
Sampul majalah edisi Januari
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Tahun 2023 setelah tiba. January effect adalah sentimen yang biasa terjadi di pasar saham pada awal tahun. Apa arti dari istilah itu?

Melansir situs web OCBC NISP, January effect adalah momentum yang diyakini bisa mendongkrak harga saham di awal periode perdagangan tahunan bursa. Itu sama seperti rasa percaya diri untuk memulai lembaran baru di tahun yang baru.

Dus, karena termasuk sentimen positif, January effect juga disertai oleh optimisme pasar akan kenaikan profit di bursa saham. Yang, pada prosesnya, juga mendorong naik pergerakan harga saham. Meski sudah jadi rahasia umum di dunia investor, ada sejumlah informasi tentang January effect yang dapat membuat Anda lebih memahaminya. Sebut saja sejarah dan teori ihwal penyebab terjadinya January effect. Berikut ini ulasannya.

Sejarah January effect

January effect adalah fenomena yang lahir sejak Sidney B. Wachtel, bankir, mengobservasi laju saham pada 1942. Hasilnya, saat itu deretan saham kecil berhasil melampaui harga saham-saham besar. Itu berkat kinerja positif sebelum medio Januari.

Penemuan itu ditopang oleh studi dari Rozeff dan Kinney tentang Analisis Data Bursa Saham Amerika (NYSE) sejak 1904 sampai dengan 1974. Apa temuan studi itu? Fakta bahwa pengembalian saham lebih tinggi 5 kali lipat, terutama pada saham-saham berkapitaliasasi kecil, pada Januari—dibandingkan waktu lainnya.

Pada bulan pertama itu, rata-rata pengembalian pasar saham mencapai 3,48 persen. Sementara di luar itu, rerata pengembalian hanya 0,42 persen.

Di sisi lain, ada pula studi yang membantah temuan sebelumnya tentang efek Januari terhadap laju saham di bursa. Adalah Salomon Smith Barney, yang memutuskan menganalisis data saham sejak 1972 sampai dengan 2002.

Memang, nilai saham-saham berkapitalisasi rendah berhasil melampaui blue chip pada Januari. Rata-rata harga saham pun melesat sampai 0,82 persen. Tapi, setelah itu, saham-saham tersebut anjlok lagi. Dus, Barney mengasumsikan “January effect adalah fenomena yang kian tak penting”.

Penyebab terjadi January effect

Apa penyebab terjadinya January effect? Dari teori-teori dalam studi, ada sejumlah faktor yang mendorong lahirnya sentimen January effect. Satu, investor relatif melepas saham berkapitalisasi rendah di akhir tahun, guna menghindari pajak. Tapi, di awal tahun mereka membelinya lagi, sehingga harga saham naik kembali.

Dua, saat investor mengantongi bonus akhir tahun, ada yang memilih membeli beberapa saham dalm jumlah banyak di awal tahun. Itu akhirnya mendongkrak pergerakan harga saham pada Januari.

Tiga, keputusan para manajer investasi membelanjakan modal untuk saham-saham berkinerja baik atau window dressing. Itu bertujuan memperbaiki portofolio investasi, sehingga mempercantik laporan tahunan pemegang saham. Pada akhirnya, itu juga akan memengaruhi harga saham.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

IDN Channels

Most Popular

MoU: Pengertian, Ciri, Tujuan, Jenis, Perbedaan, dan Contoh MoU
Daftar Perusahaan Terbaik di Dunia versi TIME: 5 dari Indonesia
Kisruh Kursi Kepemimpinan Kadin, Begini Kronologinya
Pemangkasan Bunga The Fed jadi Stimulus Ke Perbankan
BI Bakal Luncurkan Lembaga Central Counterparty (CCP), Apa Itu?
7 Saham IPO 2024 yang Mencatat Kinerja Tertinggi di BEI