Jelang Rilis Tarif Impor 2 AS, IHSG Diprediksi Melemah

Dari pasar domestik, data IKK diharap jadi sentimen positif.

Jelang Rilis Tarif Impor 2 AS, IHSG Diprediksi Melemah
IHSG terkoreksi. (Shutterstock/Triawanda Tirta Aditya)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • IHSG diproyeksi melemah setelah turun 1,40 persen kemarin
  • Analis memperkirakan IHSG dapat turun hingga level 6355 jika menembus di bawah 6.496
  • Phintas memprediksi IHSG melaju di antara level support 6.550, pivot 6.650, dan resisten 6.750

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) diproyeksi melemah pada Selasa (11/2), setelah ditutup turun 1,40 persen di 6.648,14 kemarin.

Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova mengatakan IHSG turun menuju Fibonacci projection 138,2 persen dari panjangnya wave (a) di level 6.496 sebagai target terdekat wave (c) dari [y]. IHSG dapat melanjutkan tren turun hingga level 6355 apabila menembus di bawah 6.496.

"Sebaliknya, IHSG diperkirakan rebound selama tidak menembus di bawah 6.496," kata Ivan dalam riset hariannya.

Adapun, level support IHSG berada di 6.480, 6.355, dan 6.254. Sementara level resistennya di 6.745, 6.896, dan 7.041. Indikator MACD menunjukkan adanya momentum bearish.

Ivan memperkirakan IHSG bergerak di antara level 6.570 dan 6.700 hari ini. Daftar saham yang ia soroti, terdiri dari: EXCL, INDF, MBMA, MEDC, dan SMGR.

Di sisi lain, Phintraco Sekuritas atau Phintas memprediksi IHSG melaju di antara level support 6.550, pivot 6.650, dan resisten 6.750. Lalu, saham-saham yang ia pilih pada perdagangan hari ini, meliputi: UNVR, PGAS, MEDC, TPIA, dan CLEO.

Head of Research Phintas, Valdy Kurniawan menjelaskan, rally pelemahan IHSG berlanjut di Senin (10/2). IHSG konfirmasi support breaklow di 6.700 dan berpotensi uji support berikutnya di 6.550 sampai dengan 6.600. "Stochastic RSI berpotensi losing momentum, jika breaklow 6.550," katanya dalam riset harian.

Rencana pengumuman paket tarif impor tahap 2 oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran lonjakan inflasi dan dampaknya terhadap arah kebijakan moneter the Fed. Kondisi itu berdampak negatif terhadap pergerakan Harga saham-saham rate-sensitive, khususnya bank-bank berkapitalisasi besar di Senin (10/2). Valdy memperkirakan, kondisi itu masih berlanjut sampai dengan Selasa (11/2).

Data domestik, khususnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2025 (11/2) diharapkan mampu meredam tekanan jual di Selasa (11/2). IKK Januari 2025 diyakini tidak bergerak jauh dari posisi Desember 2024 (127,7), bahkan berpeluang sedikit lebih tinggi. Harapannya, hal tersebut dapat membangun Kembali optimisme terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Perkuat Kualitas Calon Emiten IPO, OJK Siapkan Sejumlah Langkah Ini
Merger Honda-Nissan Tertunda, Mimpi Raksasa Baru Mobil Jepang Kandas ?
BPS: Produksi Beras Januari–Maret 2025 Bisa Capai 8,67 Ton
10 Tren Bisnis 2025 yang Menguntungkan dan Potensial
Main Saham Halal atau Haram? Ini Menurut Fatwa MUI
19 Perusahaan dalam Pipeline IPO, 18 di Antaranya Beraset Jumbo