Jakarta, FORTUNE – PT Bursa Efek Indonesia Tbk (BEI) mengocok ulang berbagai indeks periode Agustus hingga Oktober 2022. IDX30, LQ45, dan IDX80 merupakan beberapa yang mengalami perombakan cukup signifikan.
Berdasarkan hasil evaluasi BEI, ada tiga emiten yang terdepak dari indeks IDX30, yakni PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA). Sementara itu, PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) keluar dari indeks LQ45.
Sementara itu, 11 emiten tercatat terkena evaluasi dan dihapus dari daftar IDX80, yaitu:
- PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).
- PT BPB Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR).
- PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM).
- PT Global Mediacom Tbk (BMTR).
- PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS).
- PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS).
- PT Elnusa Tbk (ELSA).
- PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
- PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
- PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
- PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU).
Adapun, hasil kocok ulang indeks-indeks bursa tersebut baru efektif berlaku per Senin (1/8).
Pendatang baru IDX30, LQ45, dan IDX80
Di sisi lain, otoritas bursa mencatat ada tiga pendatang baru di IDX30, yakni: PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Di LQ45, emiten yang baru terdaftar, yaitu: PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Syarian Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).
Kemudian, 11 emiten baru yang menggantikan mereka yang terdepak dari IDX80, yakni:
- PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI).
- PT Bank Jago Tbk (ARTO).
- PT Avia Avian Tbk (AVIA).
- PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA).
- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
- PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX).
- PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).
- PT Indika Energy Tbk (INDY).
- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL).
- PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR).
Pandangan analis tentang perombakan indeks
Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, hasil evaluasi itu mengindikasikan upaya mengendalikan likuiditas pasar di sektor energi dan perbankan—baik konvensional maupun digital.
ARTO contohnya, yang mampu membalikkan kerugian Rp47,5 miliar pada kuartal kedua 2021 menjadi untung senilai Rp28,9 miliar di periode serupa tahun ini. “(Capaian dicetak) di rentang periode yang relatif lebih cepat dibandingkan peers-nya, seiring dengan inovasi dan jangkauan yang terus dikembangkan,” kata Nico, Rabu (27/7).
Apalagi, ARTO mulai merambah bisnis syariah. Langkah itu berpotensi jadi sentimen positif bagi pergerakan saham ke depannya. Begitu pula dengan BRIS yang menguasai pasar perbankan syariah cukup besar di Tanah Air.
INDY yang bergerak sektor pertambangan batu bara disebut punya prospek relatif baik berkat tren kenaikan permintaan yang masih berlangsung, serta didukung oleh diversifikasi bisnis ke segmen non-batubara lewat anak usahanya.
“Kami memandang, prospek indeks masih akan baik, sebab yang masuk merupakan emiten dari sektor yang memang diminati saat ini,” pungkas Nico.