Konflik Iran-Israel Memanas, Apa Kabar Saham Migas?

Bagaimana dampak kenaikan harga minyak terhadap saham migas?

Konflik Iran-Israel Memanas, Apa Kabar Saham Migas?
ilustrasi kilang minyak (unsplash.com/Robin Sommer)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Konflik Iran-Israel mempengaruhi harga minyak dunia, naik 3-5 persen menjadi US$90 per barel.
  • Gangguan pasokan minyak dan kebijakan produksi OPEC+ dapat memicu kenaikan harga minyak dan berdampak pada harga komoditas secara umum.
  • Harga komoditas lainnya akan butuh waktu lebih lama untuk naik, namun saham di sektor komoditas seperti migas dan energi masih memiliki peluang kenaikan jangka pendek.

Jakarta, FORTUNE - Di tengah Konflik Iran-Israel yang kian memanas, bagaimana prospek Saham-saham minyak dan gas atau migas?

Letupan konflik antara Iran dan Israel di akhir pekan lalu telah mempengaruhi harga minyak mentah dunia. Dalam dua minggu terakhir, harga minyak mentah Brent telah naik 3--5 persen menjadi US$90 per barel.

Tingkat harga itu sudah lebih tinggi sekitar 6 persen dari perkiraan harga rata-rata minyak Brent proyeksi MASI pada 2024, yakni US$85 per barel.

"Dalam pandangan kami, jika konflik langsung antara Iran dan Israel meletus, harga minyak bisa naik di atas US$100 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2022-Maret 2023 (musim panas 2022), tak lama sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina yang memicu krisis energi global," jelas Rizkia dalam riset, Rabu (17/4).

Itu lumrah. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI), Rizkia Darmawan menilai, gangguan pasokan minyak dalam berbagai bentuk dapat memciu kenaikan harga minyak dan berdampak terhadap harga komoditas secara umum.

Terlebih apabila situasi itu dibarengi dengan kebijakan produksi OPEC+ yang mungkin akan terus memangkas produksi sebagai respons terhadap kondisi ekonomi yang melambat. Tekanan lain terhadap pasokan minyak juga berasal dari serangan Ukraina terhadap kilang minyak Rusia baru-baru ini.

Tak heran, karena Iran merupakan salah satu produsen minyak mentah terbesar global, dengan kontribusi sekitar 3,3 persen terhadap pasokan dunia. Setiap harinya, Iran menghasilkan 3,4 juta barel minyak.

Pada 2023 saja, Iran menjadi sumber pertumbuhan pasokan terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Bahkan, pada 2024 ini, IEA memproyeksikan Iran memproduksi minyak tambahan sebesar ~280.000 barel per hari, naik 8 persen (YoY). Cina, yang membutuhkan minyak sekitar 15--16 juta barel per hari, adalah tujuan ekspor utama Iran.

Dampak konflik Iran-Israel terhadap saham migas

Umumnya, melesatnya harga minyak akan berdampak kenaikan harga komoditas lain. Namun, Rizkia mengatakan, dinamika yang terjadi saat ini sangat berbeda dengan eskalasi pertama konflik Rusia-Ukraina pada 2022, karena negara-negara itu lebih terpapar pada komoditas lain, seperti nikel, batu bara, dan komoditas lunak (soft commodity) lainnya.

Dus, MASI menilai, meningkatnya harga komoditas selain emas akan butuh waktu lebih lama. Rizkia menambahkan, "Kami sedang mengkaji dampak dinamika geopolitik dan kenaikan harga minyak terhadap harga komoditas, khususnya komoditas ekspor utama Indonesia."

Kendati demikian, di tengah sentimen itu, MASI masih melihat peluang kenaikan jangka pendek pada saham-saham di sektor komoditas. Itu termasuk saham-saham emiten minyak seperti MEDC dan AKRA; emiten energi seperti ADRO, HRUM, dan ITMG; juga emiten emas seperti ANTM dan MDKA. 

Rizkia mengatakan, ANTM berpeluang beroleh manfaat dari sentimen itu, karena bisa mendongkrak volume perdagangan emas ANTM walaupun margin segmen itu rendah. Pada 2024 ini, ANTM sendiri membidik kenaikan volume penjualan emas sebesar 43 persen (YoY) jadi 37,4 ton.

Untuk ADRO, HRUM, dan ITMG, MASI menyebut, kenaikan harga minyak sebesar 1 persen umumnya akan memicu peningkatan harga batu bara 1,7 persen.

"Meskipun kenaikan harga batu bara mungkin tak terjadi dalam waktu dekat, kami yakin para penambang batu bara dengan orientasi ekspor yang kuat akan mendapat keuntungan jika ketegangan geopolitik meningkat," jelas Rizkia.

Pada Rabu pukul 15.10 WIB, saham-saham tersebut tercatat melemah, dengan perincian berikut: AKRA (-2,20 persen), MEDC (-3,70 persen), MDKA (-3,13 persen), ITMG (-5,75 persen), HRUM (-1,60 persen), ADRO (-2,14 persen), dan ANTM (-1,93 persen).

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil