Jakarta, FORTUNE - Harga emas dunia diproyeksi akan kembali naik pada perdagangan Senin (21/2), setelah melemah 0,05 persen ke level US$1.897 pada penutupan perdagangan di akhir pekan lalu. Kenaikan ini dipengaruhi meningkatnya kekhawatiran pasar terkait konflik geopolitik antara Ukraina dan Rusia.
Pengamat Komoditas Ariston Tjendra, mengatakan semula sinyal membaiknya konflik dua negara telah terlihat, ditandai oleh rencana pertemuan Menteri Luar (Menlu) Negeri Amerika Serikat (AS) dan Menlu Rusia pada pekan ini.
Namun, harga emas terpantau kembali naik di awal pekan ini. Sebab ternyata, kecemasan pasar belum mereda menyusul ketegangan Ukraina dengan militer Rusia dan kelompok separatis pendukung Rusia di Ukraina Timur akhir pekan lalu. Fenomena itu dikhawatirkan akan memicu penyerangan Negeri Beruang Merah terhadap Ukraina.
Terlebih lagi, negara barat seperti Amerika Serikat (AS) dan NATO yang merupakan sekutu Ukraina, terus memberikan komentar bahwa Rusia bisa menyerang negara itu kapan saja, meskipun terus dibantah Rusia.
Alhasil, harga emas spot sempat menguat melampaui US$1.908 per troi ons pada pagi ini. Sebelum akhirnya melemah 0,10 persen ke level US$1,896,60 per troi ons pada pukul 09.41 WIB.
Sementara di pasar domestik, mengutip logammulia.com, harga emas Antam hari ini (21/2) naik Rp3.000 per gram menjadi Rp972.000 dari Rp969.000 per gram. Harga pembelian kembali (buyback) pun meningkat Rp4.000 per gram menjadi Rp878.000 per gram.
Harga emas dibayangi risiko jangka panjang
Ariston menilai, jika Rusia benar-benar menginvasi Ukraina, maka potensi konflik akan semakin meluas, akibat keterlibatan NATO dan negara sekutu Ukraina lainnya.
Jika terjadi pecah perang, perekonomian dunia akan terganggu. Pelaku pasar akan keluar dari aset berisiko dan masuk aset aman seperti emas dan dolar AS. Harga komoditas yang mendukung laju perekonomian pun akan terdongkrak akibat gangguan pasokan, sehingga inflasi global akan semakin tinggi.
Oleh karena itu, Ariston memprediksi harga emas masih berpeluang menguat ke kisaran US$1.910–US$1.915 per troi ons. Potensi support-nya berada di kisaran US$1.880 per troi ons.
Melansir Business Times, Analis Citigroup Inc, Aakash Doshi juga meningkatkan perkiraan harga jangka pendek emas dari US$1.825 menjadi US$1.950 per troi ons.
Namun selama enam hingga 12 bulan ke depan, bank itu menetapkan target bearish untuk harga emas berada di level US$1.750 per troi ons.
“Karena hasil riil yang lebih tinggi dan ekuitas yang lebih kuat berisiko membebani harga emas lagi,” kata Doshi.
Dalam jangka panjang, prospek logam mulia pun masih penuh tantangan di tengah rencana The Fed dan Bank of Canada menaikkan suku bunga acuan. Doshi memprediksi akan terjadi penurunan harga emas pada paruh kedua tahun ini dan 2023 menuju level US$1.675 per troi ons.