Jakarta, FORTUNE - PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) optimistis penyaluran pinjaman digitalnya dapat mencapai Rp10 triliun hingga akhir 2023. Landasannya adalah pertumbuhan hingga Oktober 2023.
Direktur Utama Bank Raya Indonesia, Ida Bagus Ketut Subagia menyebut, penyaluran Kredit Digital perseroan bertumbuh 134 persen (YoY) menjadi Rp8,9 triliun selama Januari-Oktober 2023, naik dari Rp3,8 triliun di periode serupa pada 2022.
Katalis pertumbuhannya, yakni produk Pinang Flexi (pinjaman berbasis payroll) dan Pinang Dana Talangan (kredit produktif digital untuk agen BRILink), yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan 151,3 persen (YoY) dan 47,2 persen (YoY).
Pinang Dana Talangan sendiri merupakan penggerak utama pertumbuhan kredit digital dan pendapatan bunga Bank Raya saat ini dari segi nilai penyaluran. "Kalau dilihat dari disbursement di Dana Talangan, itu kontribusi tertinggi. Saat ini mencapai Rp7,8 triliun, naik hampir dua kali lipat dari penyaluran di 2022," kata Bagus dalam Konferensi Pers Paparan Publik Bank Raya, dikutip Kamis (30/11).
Capaian di Pinang Dana Talangan itu menghasilkan outstanding (total uang yang belum dilunasi pada kredit) senilai Rp211 miliar, dengan tingkat NPL 1,1 persen. Angka outstanding tak terlalu signifikan total penyaluran karena pinjaman tersebut berjangka pendek, yakni rata-rata kurang dari seminggu, dan berulang.
"Tapi dari segi pendapatan, ini signifikan, sesuai penyaluran yang kami lakukan," jelasnya.
Lebih lanjut, menurut Direktur Keuangan Bank Raya Indonesia, Rustarti S. Pertiwi, produk Pinang Dana Talangan itu masih bisa terus bertumbuh, mengingat penetrasinya ke agen BRILink di Grup BRI baru berkisar 5-10 persen.
"Agen lakupandai di Grup BRI juga masih banyak sekali. Strategi kami di 2024 adalah eksploitasi dari segi produk tersedia dan dikembangkan ke segmen UMKM dan grup, lalu eksplorasi untuk menangkap peluang baru," jelas Tiwi.
Selain Pinang Flexi dan Pinang Dana Talangan, produk kredit digital Bank Raya Indonesia lainnya adalah Pinang Maksima (kredit produktif ritel berbasis ekosistem rantai pasok) dan PInang Performa (kredit produktif mikro dan kecil berbasis ekosistem rantai pasok). Masing-masing meraih pertumbuhan 161,3 persen (YoY) dan 133,4 persen (YoY).
Secara akumulatif, tingkat NPL dari kredit digital Bank Raya masih di bawah 2 persen. "Ini yang selalu kami jaga. Ini menjadi pasar, ke depannya, untuk terus kami tingkatkan karena menghasilkan kualitas [kredit] yang sangat baik," kata Bagus.
Strategi untuk pertumbuhan jangka panjang
Di produk tabungan, Bank Raya Indonesia membukukan pertumbuhan nilai transaksi tabungan digital sebesar 163 persen (YoY) menjadi Rp2,3 triliun pada Oktober 2023, dari Rp882 miliar. Total transaksi Aplikasi Raya pun melesat 192 persen (YoY) menjadi 1,4 juta transaksi dari 510.951 pada Oktober 2022.
Total tabungan digital Rp999 miliar dengan 784.000 pengguna. Lebih lanjut, rata - rata saldo per penggunanya adalah Rp1,3 juta.
Untuk mencapai pertumbuhan bisnis jangka panjang, Bank Raya sendiri berfokus pada 5 area strategi utama pengembangan bisnis digital, yakni:
- Kekuatan Bank Raya sebagai bank digital dengan jaringan Online to Offline (O2O) yang berjumlah 750.000 akses poin
- Inovasi berkelanjutan dan produk digital Bank Raya komprehensif (cross segment digital product) yang memungkinkan Bank Raya untuk scale up bisnis dengan cara kerja sama dan akuisisi end user melalui ekosistem BRI maupun ekosistem digital lainnya.
- Optimalisasi produk dan ekosistem yang ada melalui ekspansi pada bisnis keagenan Grup BRI dan bisnis keagenan lainnya, pelaku usaha mikro, dan pekerja mikro lainnya, serta eksplorasi untuk perluasan pasar potensial bisnis digital.
- Sinergi Grup BRI sebagai Digital Attacker untuk melayani pasar UMKM melalui produk dan jasa perbankan digital yang smaller, shorter, faster dan mudah diakses nasabah
- Komitmen untuk perbaikan business enabler secara berkesinambungan dalam teknologi, sumber daya manusia, dan manajemen risiko untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang solid dan mendorong kepuasan pelanggan.