Jakarta, FORTUNE - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencetak pertumbuhan dua digit di kuartal pertama 2023, dengan laba bersih senilai USS$458,04 juta (sekitar Rp6,71 triliun), naik hampir 14,50 persen (YoY) dari US$400,07 juta (sekitar Rp5,86 triliun).
Bersamaan dengan itu, laba per saham (EPS) dasar ADRO naik 15 persen (YoY) menjadi US$0,14, dari sebelumnya US$0,012. Dari segi laba kotor, pertumbuhannya mencapai 27 persen (YoY), dari US$602 juta menjadi US$763 juta.
Margin laba kotor tercatat menurun 7 persen dari 49 persen di kuartal pertama 2022 menjadi 42 persen di periode serupa pada tahun ini. Begitu juga dengan margin usaha yang terkoreksi 11 persen dari 45 persen menjadi 34 persen, serta margin EBITDA operasional yang menurun 21 persen menjadi 40 persen. Yang mana, Adaro Energy Indonesia meraih EBITDA operasional senilai US$726 juta, turun 4 persen (YoY) dari US$755 miliar.
Saham ADRO terpantau menguat 2,04 persen ke harga 23.000 per Kamis (4/5) pukul 10.07 WIB, setelah ditutup memerah di perdagangan Rabu (3/5).
Volume produksi dan penjualan
Volume produksi dan penjualan Adaro pada kuartal pertama naik masing-masing 29 persen, menjadi 15,69 juta ton dan 15,72 juta ton. Pada kuartal pertama 2022, volume produksi dan penjualannya hanya 12,15 juta ton dan 12,20 juta ton. Pendapatan usaha perseroan bertumbuh 50 persen (YoY) dari US$1,22 miliar menjadi US$1,83 miliar.
Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan pun membengkak 73 persen (YoY) menjadi US$1,07 miliar, dari sebelumnya US$623 juta.
Ke depan, ADRO akan fokus pada efisiensi dan keunggulan operasional. “Karena harga bersifat fluktuatif, kami selalu menekankan keunggulan operasional dan disiplin biaya,” kata Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy, Garibaldi Thohir.
Adapun, Adaro baru saja meletakan batu pertama proyek PLTA berkapasitas 1.375 mega watt pada Maret 2023. Fasilitas itu akan menyediakan pasokan EBT. Lalu, pada Februari 2023, Adaro memulai aktivitas prakonstruksi smelter aluminium milik KAI di Kalimantan Industrial Park Indonesia, Kalimantan Utara demi mendukung program hilirisasi.