Jakarta, FORTUNE - Pendapatan bersih PT Mayora Indah Tbk (MYOR) bertumbuh 9,28 persen pada semester I 2022, dari Rp13,15 triliun ke Rp14,37 triliun. Tapi, tingginya beban menggerus laba bersih perseroan.
Menurut laporan keuangan perusahaan, Mayora mencatat beban pokok penjualan perusahaan tumbuh 19,14 persen dari Rp9,56 triliun menjadi Rp11,39 triliun. Oleh sebab itu, laba kotor perseroan turun dari Rp3,59 triliun menjadi Rp2,98 triliun diikuti penurunan laba usaha dari Rp1,24 triliun menjadi Rp864,01 miliar.
Adapun laba bersih perseroan yang tergerus 29,80 persen dari Rp930,56 miliar menjadi Rp653,22 miliar, tergerus komponen beban lainnya.
Penyebab beban pokok penjualan naik
Mayora mencatat kenaikan biaya produksi 21,82 persen (YoY)—dari Rp9,67 triliun ke Rp11,78 triliun. Salah satu penyebab kenaikan tersebut antara lain karena harga bahan baku dan pembungkus yang tumbuh 26,80 persen (YoY), Rp7,46 triliun menjadi Rp9,46 triliun.
Biaya tenaga kerja langsung juga meningkat tipis dari Rp716,89 miliar ke Rp743,21 miliar; begitu juga dengan biaya produksi tak langsung yang meningkat dari Rp1,49 triliun ke Rp1,57 triliun.
Kontribusi penjualan Mayora Indah
Penjualan Mayora Indah masih didominasi oleh pasar domestik, dengan pendapatan mencapai Rp8,53 triliun di paruh kedua 2022. Lalu, penjualan terbesar kedua ada di pasar Asia yang mencapai Rp5,52 triliun. Sementara itu, pasar lainnya menyumbang penjualan senilai Rp309,88 miliar.
Dari segi produk, minuman olahan dalam kemasan berkontribusi paling besar terhadap penjualan, yakni sebesar Rp1,66 triliun; diikuti oleh segmen makanan olahan dalam kemasan dengan penjualan Rp1,31 triliun.