Jakarta, FORTUNE - PT Mandiri Sekuritas optimistis imbal hasil investasi di pasar Obligasi Indonesia (INDOGB) 2024-2025 akan positif sebesar 15 persen.
Proyeksi itu dilandasi oleh skenario yield SBN (Surat Berharga Negara) tenor 10 tahun akan terus turun ke 6 persen di 2025. Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto memprediksi, secara valuasi, imbal hasil obligasi SBN tenor 10 tahun berpotensi turun ke level 6,2 persen atau kisaran di 6,0–6,4 persen.
Menurut Handy, dengan asumsi Federal Funds Rate (FFR) turun ke 4,75 persen, BI akan memangkas suku bunga menjadi 5,75 persen, yield US Treasury 10 tahun berada di 3,8 persen, Credit Default Swap (CDS) 5 tahun Indonesia berada di 70, dan rupiah akan diperdagangkan pada Rp15.400 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di akhir 2024.
"Penurunan lebih lanjut pada US Treasury yield juga berpotensi memperkuat posisi valuasi obligasi Indonesia,” jelas Handy dalam keterangan resminya, Rabu (11/9).
Optimisme tersebut juga didasari oleh tiga faktor utama. Pertama, kemungkinan yang lebih tinggi The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada bulan September 2024. Ia pun memproyeksikan hal itu terus turun hingga tahun depan.
"Secara historis, penurunan suku bunga Fed Fund Rate akan dibarengi dengan penurunan US Treasury yield dan Dollar Index, sehingga akan terus mendorong aliran dana asing ke pasar obligasi," jelas Handy.
Kedua, ada kejelasan lebih lanjut tentang pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk tahun ini dan prospek panduan fiskal tahun 2025. Yang mana, menurut Handy, pemerintahan yang baru masih tetap mempertahankan prudent fiscal.
Ketiga, seiring dengan menguatnya mata uang rupiah terhadap dolar AS, suku bunga SRBI juga menunjukkan tren yang menurun. Dengan terus turunnya suku bunga SRBI, Mandiri Sekuritas memperkirakan permintaan obligasi berpotensi akan terus meningkat.
Secara year-to-date, dukungan dari onshore investor ke pasar obligasi tetap kuat, terutama dari ritekl dan institusi non-bank. Aliran dana asing juga mulai masuk signifikan ke pasar obligasi sebulan terakhir, namun secara porsi kepemilikan asing terhadap total outstanding SBN relatif masih rendah.
Di tengah gejolak global yang signifikan pada tahun 2024 ini, mulai dari meningkatnya tensi geopolitik hingga masih tingginya tingkat suku bunga global, pasar obligasi Indonesia terbukti resilien. Diversifikasi portofolio investasi menjadi sangat penting, dan obligasi hadir sebagai instrumen yang menarik karena memberikan cash flow kupon yang pasti dan stabil, dengan tingkat imbal hasil yang masih kompetitif, serta nilai pokok investasinya yang terjamin kembali lagi pada saat jatuh tempo.
Beberapa catatan risiko yang mungkin terjadi di pasar obligasi Indonesia adalah ditundanya pemangkasan suku bunga the Fed, ketegangan geopolitik yang meningkat, dan pelebaran defisit anggaran yang signifikan atau di atas 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).