Jakarta, FORTUNE - Manulife Investment Management menyebut Indonesia sebagai salah satu pemenang di tengah tekanan pengetatan kebijakan bank sentral global. Sejumlah indikator ekonomi jadi katalis, seperti suku bunga yang masih bertahan di level 3,5 persen sejak Februari 2021.
Bank Indonesia (BI) hingga kini belum memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan, sebab inflasi masih berada di kisaran target, yakni 2–4 persen. Inflasi inti per Juni 2022 pun masih berada di level 2,63 persen.
“Meskipun margin BI memang tampak sedikit lebih hawkish, tapi kami berpikir BI masih ada di posisi yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara di kawasannya (Asia Tenggara), melihat pemulihan yang terjadi di pasarnya,” jelas Head of Global Macro Strategy, Asia, Manulife Investment Management, Sue Trinh di acara 2022 Mid-Year Investment Outlook Manulife, Selasa (12/7).
Sue menambahkan, dari sisi perdagangan, neraca transaksi berjalan telah meningkat signifikan sebesar Rp1,19 triliun pada Juni 2021. Sektor rill pun dinilai ada di area positif.
Sentimen positif di Indonesia
Senada, Marco Giubin, Senior Portfolio Manager, Equities, Manulife Investment Management mengklasifikasikan Indonesia sebagai salah satu pasar favorit di Asia lantaran permintaan di pasar domestik relatif baik.
Hal itu tercermin dari penjualan ritel yang diproyeksi akan tumbuh meningkat secara tahunan. Adapun, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Juni 2022 mencapai 229,1 atau melonjak 15,4 persen (YoY).
Ditambah lagi, para emiten yang terafiliasi dengan bisnis komoditas juga diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas dunia.
Marco menambahkan, “Dalam jangka panjang, Indonesia akan mendapat manfaat dari diversifikasi rantai pasokan sehingga ada banyak fiksasi dan penekanan, serta peluang bagi perusahaan untuk merelokasi rantai pasokan di sana.”