Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) memutuskan meningkatkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate (BI7DRR). Bagaimana dampaknya terhadap saham-saham emiten properti?
Kemarin, BI secara tak tergua menaikkan BI7DRRR sebesar 25 basis poin menjadi 6,0 persen pada Oktober 2023. Ini kenaikan perama sejak Januari dengan tujuan menstabilkan rupiah seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global.
Pada akhir perdagangan sesi I, Jumat (20/10), beberapa saham emiten properti terpantau terkoreksi. Sebut saja PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang melemah 0,93 persen, PT Intiland Development Tbk (DILD) yang terkoreksi 0,52 persen, dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dengan koreksi 0,97 persen.
Begitu pula dengan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang tertekan 0,98 persen, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang sahamnya menurun 1,10 persen, dan PT Alam Sutera Realty Tbk dengan koreksi 2,35 persen.
Berbanding terbalik dengan saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) yang masing-masing menguat 1,50 persen dan 0,65 persen.
Pergerakan itu terjadi ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,12 persen ke level 6.854,38 di akhir perdagangan sesi pertama.
Sebelumnya, kemarin saham-saham perbankan raksasa juga sempat memerah setelah BI mengumumkan keputusannya terkait suku bunga. Tetapi berhasil menghijau lagi selama perdagangan sesi pertama hari ini.
Prospek sektor properti
Secara sektoral, BRI Danareksa Sekuritas menilai valuasi sektor ini masih menarik, dengan D2 NAV (net asset value) sebesar 72 persen.
Ditambah, Analis BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano mengatakan, perkembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) akan membuka pasar baru, yang dapat emiten manfaatkan ke depan.
"Skema Kemitraan Pemerintah dan Swasta (KPS) tampaknya merupakan pilihan dengan risiko lebih kecil bagi pengembang, sedangkan investasi murni lewat Land Allocation (LA) menawarkan potensi keuntungan yang menarik jika segmen pasar yang tepat bisa ditargetkan," jelas Victor dalam risetnya, dikutip Jumat (20/10).
Selain gedung pemerintah yang sedang dibangun, ada beberapa investor swasta yang juga akan mengembangkan proyek di IKN, yakni konsorsium yang dipimpin oleh Agung Sedayu (termasuk Sinarmas, Mulia Group, Salim, Adaro, Astra, dan lain-lain) untuk jangka waktu tertentu.
Victor berujar, "Kami belum memasukkan nilai potensi pengembangan Nusantara karena masih dalam tahap awal."