Jakarta, FORTUNE - Bagaimana dampak konflik Iran dan Israel terhadap pasar modal Indonesia, yang dimulai sejak awal April 2024?
Selama sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terkoreksi 1,32 persen. Salah satunya karena kondisi geopolitik di Timur Tengah antara kedua negara tersebut.
Institutional Research PT Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy memproyeksikan IHSG akan terjun ke bawah 7.000 apabila terjadi skenario perang langsung antara Israel dan Iran. "Tapi probabiliasnya tetap rendah saat ini," katanya dalam webinar Dampak Perang Iran-Israel terhadap Pasar di Indonesia, Selasa (23/4).
Pada skenario baseline, Sinarmas Sekuritas membidik target IHSG mencapai 7.600 di akhir 2024, dengan implikasi rasio price to earning (P/E) 14,2 kali. Sementara, pada skenario pasar bearish, Sinarmas Sekuritas menargetkan IHSG mencapai level 6.950 di 2024, dengan implikasi P/E 13 kali.
"Krisis yang terjadi saat ini seharusnya menjadi peluang sempurna untuk mendapatkan penawaran yang baik, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan cerah serta profitabilitas yang stabil," jelas Isfhan.
Saham-saham yang disoroti oleh Sinarmas Sekuritas di tengah sentimen itu, yakni: BMRI, BBCA, BBNI, BBRI, TLKM, ICBP, MYOR, AMRT, SIDO, ACES, KLBF, dan ASII.
Sementara itu, Head of Research InvestasiKu by Mega Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya menilai, sektor-sektor yang diuntungkan di tengah konflik Iran dan Israel adalah yang berorientasi ekspor komoditas. Contohnya: emiten emas, batu bara, nikel, dan timah. Sebut saja seperti MDKA, ADRO, INCO, dan TINS.
"Saham-saham itu diuntungkan baik dari kenaikan harga underlying komoditas ataupun dari penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah," katanya kepada Fortune Indonesia, Selasa.
Di sisi lain, sektor yang tidak begitu beroleh dampak positif dari sentimen geopolitik itu adalah properti. Itu karena harga komoditas logam, yang digunakan sebagai bahan baku pembangunan, berpotensi meningkat. Belum lagi, rupiah terdepresiasi.
Ditambah lagi, Mega Capital Sekuritas memprediksi, ada peluang Bank Indonesia meningkatkan Suku Bunga Acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini.
"Berkaca pada kondisi pelemahan nilai tukar pada Oktober 2023 lalu, yang mana BI menaikkan suku bunga untuk mendukung penguatan rupiah," jelasnya. "Apalagi, cadangan devisa sudah terkuras dalam angka yang besar hanya dalam waktu singkat untuk intervensi rupiah."
Jika itu terjadi, sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga (rate sensitive sectors) pun akan terkena dampaknya. Sebab beban keuangannya terancam naik.
Pada Selasa, IHSG ditutup naik 0,52 persen di harga 7.110,81. 281 saham menguat, 304 melemah, sedangkan 342 stagnan.