Jakarta, FORTUNE - PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli Tiket siap melakukan initial public offering (IPO) pada awal November 2022. Di tengah aksi korporasi tersebut, apa Djarum, sponsor utama Blibli, berencana menerapkan exit strategy?
Menjawab pertanyaan itu, Corporate Secretary dan Investor Relations Blibli, Eric Alamsjah Winarta, mengatakan Djarum tidak akan menghentikan dukungannya walau Blibli Tiket menjadi perusahaan publik.
“Tak berniat sama sekali untuk exit. Bahkan sponsor kami ini ingin berpartner dengan pemegang saham publik,” kata Eric kepada pers pekan ini.
Pemegang saham pengendali Blibli Tiket merupakan PT Global Investama Andalan, dengan pemilik manfaat Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Keduanya erat berkaitan dengan Djarum Group.
Dukungan Djarum terhadap Blibli telah mengalir sejak perseroan berdiri pada 2011. “Mereka selalu punya komitmen tinggi dan jangka panjang terhadap seluruh bisnisnya di Indonesia. Jadi, ke depannya komitmen dari sponsor kami akan terus ada,” jelas Eric.
Status kepemilkan dan rekam jejak emiten Djarum di pasar modal
Dalam penawaran saham perdana, Blibli Tiket melepas maksimal 17,77 miliar lembar saham baru dengan nilai nominal Rp250 per lembar atau setara dengan 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Dus, kepemilikan Djarum akan terkikis setelah aksi korporasi tersebut. “Setelah IPO mungkin mereka (Djarum) turun sedikit kepemilikannya, sekitar 10-15 persen mungkin akan dimiliki oleh publik,” imbuh Eric.
Lebih lanjut, Blibli Tiket menyoroti rekam jejak Djarum Group dalam mendukung portofolionya dalam melantai di pasar modal. Sebut saja PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), yang disebut berkinerja apik di bursa.
BBCA merupakan salah satu saham perbankan berkapitalisasi besar, yang mencapai Rp1.020,10 triliun per 19 Oktober 2022, menurut data RTI Business.
Sementara itu, harga saham TOWR telah melesat 2.117,82 persen sepanjang masuk bursa, dari Rp50,50 pada 12 Maret 2010 menjadi 1.120 pada 19 Oktober 2022.
Optimistis walau masih rugi
Selain percaya diri dengan dukungan Djarum, Blibli Tiket juga optimistis melakukan IPO walau masih mencatatkan rugi usaha Rp2,4 triliun per paruh pertama 2022.
CFO Tiket.com, Ronald Winardi, mengatakan, “banyak sekali proxy model (di luar negeri) untuk bisnis-bisnis kami itu sudah profit. Kami juga tentu menginginkan (perusahaan) Indonesia punya performa yang sama.”
Optimisme itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, dalam tiga sampai empat tahun ini, Blibli, Tiket, dan Ranch Market dioptimasi secara independen. Tapi, kini, ketiganya bersinergi.
“Ke depan, dengan adanya sinergi ini kami melihat banyak sekali peluang. Satu dari pertumbuhan, yang mana kami bisa melayani konsumen secara luring maupun daring dan kategorinya lebih luas. Kedua dari sisi biaya,” jelasnya.
Menurutnya, perseroan telah mengefisiensikan biaya diskon dari 7 persen pada 2019 menjadi 2 persen pada semester pertama tahun ini. Begitu juga biaya pemasaran yang turun dari 6 persen jadi 3,6 persen dalam periode serupa.
“Dengan konsep omnichannel kami mau turunkan lagi. Harapannya kami bisa capai titik breakeven dan kemudian profit,” katanya.