Jakarta, FORTUNE - Emiten konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, mencatatkan pembengkakkan kerugian pada 2023, walaupun pendapatan bersihnya bertumbuh.
Dikutip dari laporan keuangan perseroan pada 2023, pendapatan bersih WIKA meningkat 4,89 persen (YoY) dari Rp21,48 triliun pada 2022, menjadi Rp22,53 triliun pada 2023.
Dari segi lini bisnis, segmen infrastruktur meraih pertumbuhan 9,87 persen (YoY) dengan pendapatan senilai Rp11,85 triliun pada 2023. Begitu pula dengan segmen energi dan industrial plant yang pendapatannya naik 5,83 persen (YoY) menjadi Rp4,10 triliun.
Segmen hotel juga membukukan kenaikan pendapatan sebesar 22,74 persen (YoY) menjadi Rp869,19 miliar. Demikian juga dengan segmen realty dan properti dengan kenaikan pendapatan 166,97 persen (YoY) menjadi Rp600,41 miliar.
Dua segmen yang pendapatannya tertekan adalah industri dan investasi, dengan tingkat koreksi masing-masing 11,81 persen (YoY) dan 55,97 persen (YoY).
Sebab, walau pendapatan naik, beban pokok pendapatan perseroan pun membengkak sebesar 7,21 persen (YoY) dari Rp19,28 triliun menjadi Rp20,67 triliun pada periode yang sama. Hal itu menekan laba bruto WIKA sebesar 15,45 persen (YoY), sehingga menurun dari Rp2,20 triliun pada 2022 menjadi Rp1,86 triliun pada 2023.
Ditambah lagi, beban keuangan WIKA mengembang sebesar 133,70 persen (YoY) menjadi Rp3,2 triliun. Demikian pula dengan beban lain-lain yang melejit 310,16 persen (YoY).
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito pun tak menyangkal, 2023 itu momen menantang, seiring dengan dilaksanakannya restrukturisasi keuangan persroan serta transformasi.
Rugi WIKA membengkak belasan ribu persen di 2023
Alhasil, setelah dikurangi berbagai beban, WIKA tercatat membukukan kerugian sebelum pajak penghasilan senilai Rp7,76 triliun pada 2023. Padahal. pada 2022, perseroan meraih laba sebelum pajak sebesar Rp176,08 miliar.
Hasilnya, laba neto senilai Rp12,59 miliar pada 2022 berbalik menjadi rugi neto senilai Rp7,82 triliun pada 2023. Secara otomatis, WIKA pun mencatatkan rugi bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk senilai Rp7,13 triliun pada 2023, membengkak 11.860,17 persen (YoY) dari kerugian pada 2022, yakni Rp59,60 miliar.
Rugi per saham dasar WIKA pun tergerus 11.868,07 persen (YoY) dari -Rp6,64 menjadi -Rp794,68 pada 2023.
Saham WIKA sendiri masih dalam kondisi disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia. Langkah itu sudah dilakukan sejak 18 Desember 2023, karena WIKA menunda pembayaran pokok Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A, yang sudah jatuh tempo di tanggal itu.