Jakarta, FORTUNE - Hari Raya Idulfitri 2022 bisa menjadi momentum kebangkitan industri ritel. Peritel bisa memaksimalkan penjualan pada momentum tersebut, seiring dengan meningkatnya konsumsi dan pembelian masyarakat.
Pemerintah telah menetapkan libur Idulfitri mulai 29 April hingga 6 Mei 2022. Jauh lebih lama dibandingkan dua tahun awal pandemi. Dengan periode libur ini, diperkirakan akan ada 85 juta orang yang akan mengikuti mudik lebaran 2022—melesat dari 1,5 juta pada Idulfitri tahun lalu.
Hal itu berpeluang meningkatkan pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan pakaian dan pengeluaran pribadi lainnya. Apalagi, Kementerian Ketenagakerjaan baru-baru ini mendorong para pengusaha untuk membayar penuh tunjangan Idulfitri tahun ini, setelah diberlakukan relaksasi selama dua tahun terakhir.
“Hal ini seharusnya meningkatkan daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk belanja selama musim perayaan lebaran,” jelas Analis Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya dalam risetnya, dikutip Selasa (12/4).
Pelonggaran pembatasan
Kegiatan ekonomi Indonesia telah meningkat bertahap selama sebulan terakhir; setelah diguncang varian Omicron. Program vaksinasi yang bergulir turut membuat roda perekonomian berputar, dengan tingkat vaksinasi dosis pertama yang mendekati target penuh dan vaksinasi dosis kedua mencapai 77 persen.
Mobilitas masyarakat meningkat sampai titik tertinggi sejak pandemi Covid-19 melanda, berkat penurunan jumlah kasus. Tren di Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menunjukkan peningkatan kunjungan ke stasiun transit, ritel dan rekreasi, taman, serta tempat kerja.
“Hal itu mengindikasikan orang semakin nyaman untuk melakukan aktivitas di luar rumah,” kata Hariyanto.
Saham ritel direkomendasikan
Mirae Asset Sekuritas menambahkan emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan emiten pelayaran SMDR ke dalam saham pilihan April. Sebelumnya, Mirae juga menyoroti saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).
“Kedua perusahaan mampu mempertahankan penjualan produk dengan baik, menawarkan apa yang dibutuhkan konsumen selama situasi saat ini, dan tetap berkembang di tengah melambatnya bisnis kecil, bisnis milik keluarga, atau independen,” jelas Analis Mirae Asset Sekuritas, Christine Natasya dalam riset belum lama ini.
LPPF membukukan Rp912,85 miliar sepanjang 2021, dengan pendapatan senilai Rp5,6 triliun (+15,46 persen). Capaian itu diraih berkat biaya operasional yang lebih rendah, sehingga melampaui ekspektasi manajemen.
Menurut Analis BRI Danareksa Sekuritas, Andreas Kenny, prospek margin LPPF akan lebih sehat pada 2022. Dengan perkiraan laba bersih senilai Rp1,1 triliun tahun ini.
Secara detail, ia memproyeksikan kenaikan laba bersih tahun ini diproyeksi 55,8 persen dan 65,3 persen pada tahun depan. “Kami merevisi asumsi operasional dan margin yang berpuncak di 55,8 persen dan 65,3 persen, pendapatan lebih tinggi untuk tahun ini dan 2023,” jelasnya dalam riset.
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga masuk saham pantauan. Secara kumulatif pada 2021, pendapatan bersih perusahan ini diperkirakan mencapai Rp2,59 triliun (+2,6 persen).
Proyeksi ini sejalan dengan estimasi Mirae Asset Sekuritas. Christine mengatakan, “Bottom line RALS pada 2021 masing-masing mencapai 86 persen dan 92 persen dari perkiraan kami dan konsensus perseroan.”