Nestle Niat Naikkan Harga Lagi di 2023, Saham Memerah

Saham nestle terkoreksi 0,54% di perdagangan Bursa Swiss.

Nestle Niat Naikkan Harga Lagi di 2023, Saham Memerah
Logo Nestlé. Shutterstock/DCStockPhotography
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Nestle berencana kembali meningkatkan harga jual produk pada 2023. Tujuannya, demi mengimbangi kenaikan biaya produksi.

Menurut Kepala Eksekutif Nestle, Mark Schneider, harga jual saat ini belum sepenuhnya dibebankan kepada konsumen. Tapi, kenaikan pada tahun 2023 ini tak akan sesignifikan 2022.

“Kendati begitu kami tetap harus melakukan beberapa hal selama setahun ini,” katanya kepada surat kabar Jerman, dilansir dari Reuters, Senin (6/2).

Setelah kabar ini beredar, saham Nestle, NESN, terpantau melemah 0,54 persen ke level 111,18 per Senin pukul 10.10 pagi waktu Swiss.

Adapun, peningkatan harga jual Nestle termasuk dalam strategi mengatasi kenaikan inflasi di berbagai negara maju, yang sudah mencapai level tertinggi selama beberapa dekade ini. Itu karena harga pangan dan energi yang lebih tinggi.

Kenaikan harga bisa mengancam volume penjualan Nestle

Ilustrasi : Nestle (Shutterstock)

Pada sembilan bulan pertama 2022, jaringan FMCG raksasa dunia itu telah mengerek naik harga produknya. Hasilnya, penjualan organik naik 8,5 persen. Penetapan harganya adalah 7,5 persen, menggambarkan kenaikan inflasi yang tinggi.

“Kami terus menyesuaikan harga secara bertanggung jawab, demi menyeimbangkan dengan tingkat inflasi,” kata Scheneider.

Pertumbuhan internal ril (RIG) Nestle bertahan di level 1,0 persen. Total penjualannya sendiri naik 9,2 persen (YoY) menjadi 69,1 miliar Swiss Franc (CHF) dari CHF 63,3 miiar.

Pada 2022, Nestle memproyeksikan pertumbuhan penjualan organik 8,0 persen, dengan margin laba operasi dasar senilai 17,0 persen. Selain itu, laba per saham pun diprediksi turut meningkat.

Di sisi lain, analis mencemaskan peningkatan harga dapat menekan daya beli konsumen. Apalagi, di tengah kenaikan biaya hidup yang telah mengurangi volume penjualan di berbagai industri. Memang, volume penjualan Nestle masih terjaga sampai kuartal III tahun lalu, tapi itu ketika tekanan biaya hidup belum mencapai puncaknya.

Kepala Peneliti Ekuitas di Quilter Cheviot, Chris Beckett mengatakan, “Yang dikhawatirkan adalah kekuatan harga kategori demi kategori, khususnya untuk makanan diskresioner. Tak ada yang betul-betul membutuhkan KitKat atau es krim.”

Tapi, Analis Jon Cox dari Kepler Cheuvreux menilai, kenaikan penjualan Nestle masih tergolong layak, mengingat kenaikan harga berkelanjutan perusahaan. Meski memang, hal itu mengancam volume penjualan perusahaan.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024