Jakarta, FORTUNE – Emiten laboratorium Bundamedik Healthcare System, PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) berencana melanjutkan ekspansi ke bidang usaha klinik. Wilayah Bandung, Jawa Barat akan menjadi tujuan perluasan usaha tersebut.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Senin (11/7), Diagnos Laboratory akan mendirikan klink di Jalan Dayang Sumbi Nomor 10, LB. Siliwangi, Kecamatan Coblong, kota Bandung.
Dengan ekspansi ini, akan terjadi penurunan kas dan peningkatan aset tetap. Pasalnya, perusahaan akan memakai kas internal sekitar Rp3,87 miliar; sehingga aset kas dan setara kas pada 2021 perseroan akan berkurang menjadi sekitar Rp40,85 miliar.
Laboratorium dalam grup RS Bunda itu akan meminta restu ekspansi dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu, 20 Juli 2022.
Rencana bisnis Diagnos Laboratorium pada 2022
Diagnos telah menyiapkan sejumlah rencana bisnis tahun ini, seperti membuka empat cabang baru di sejumlah kota yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.
“Penambahan cabang itu akan melengkapi lima cabang Diagnos yang sudah ada, yaitu Jakarta, Padang, Tangerang Selatan, Denpasar, dan Makassar,” ujar Corporate Secretary DGNS, Fanfan Riksani dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.
Selain itu, perseroan membidik penambahan jaringan laboratorium sebanyak 10 sampai 20 outlet. Hingga saat ini, perseroan memiliki 36 outlet secara nasional.
Untuk mendukung rencana ekspansinya tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal sekitar Rp40 miliar. Satu cabang baru disebut membutuhkan investasi Rp1 miliar, untuk keperluan belanja alat, biaya ihwal perizinan, serta pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia.
Sementara itu, investasi untuk pendirian outlet baru memakan biaya sekitar Rp300 juta hingga Rp700 juta, tergantung pada jenis outlet. Untuk outlet pratama, perseroan mesti merogoh kocek Rp300 juta sampai Rp400 juta, sedangkan outlet utama butuh Rp500 juta hingga Rp700 juta.
Alasan ekspansi lewat pendirian klinik
Perseroan mempelajari peluang usaha baru di tengah industri rumah sakit modern yang kian melaju positif di Indonesia. Apalagi, ada peningkatan daya beli kelas menengah untuk layanan kesehatan yang lebih baik.
Kendati demikian, pertumbuhan belanja kesehatan tak sejalan dengan alokasi belanja kesehatan. Karena itu, perseroan yakin health spending akan terdongkrak berkat membaiknya aktivitas ekonomi dan masyarakat yang makin sadar akan pentingnya kesehatan.
“Kami mempelajari peluang usaha baru dan menciptakan kerja sama berdasarkan kondisi pasar yang berkembang saat ini, serta dalam rangka memperluas portofolio perusahaan,” jelas manajemen DGNS dalam keterangannya.