Jakarta, FORTUNE - Produsen semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan kenaikan pendapatan bersih sepanjang semester pertama 2022. Namun, kenaikan penjualan tersebut tak mampu diimbangi dengan kenaikan laba bersih perseroan. Mengapa demikian?
Dikutip dari laporan keuangan perusahaan, pendapatan bersih Indocement tumbuh 3,75 persen (YoY) dari Rp6,66 triliun menjadi Rp6,91 triliun. Kenaikan itu berasal darisegmen penjualan semen ke pihak ketiga yang menyumbang senilai Rp6,22 triliun. Sementara sisanya berasal dari penjualan beton siap pakai (Rp557,05 miliar), penjualan semen ke pihak berelasi (Rp120,23 miliar), serta penjualan agregat (Rp8,27 miliar).
Penjualan INTP kepada pihak ketiga didominasi oleh pasar domestik, khususnya Pulau Jawa (Rp5,16 triliun). Lalu disusul pasar di luar Jawa (Rp1,62 triliun). Kedua pos tersebut sama-sama bertumbuh.
Untuk pihak berelasi, penjualan ekspor senilai Rp120,23 miliar; turun dari Rp122,02 miliar di periode serupa tahun lalu.
Laba bersih malah tergerus
Meski pendapatan bertumbuh, laba bersih INTP justru tergerus 50,3 persen (YoY) dari Rp586,57 miliar menjadi Rp291,54 miliar. Hal itu dikarenakan beban pokok pendapatan tercatat melonjak 12,45 persen (YoY), dari Rp4,57 triliun menjadi Rp5,14 triliun.
Salah satu komponen biaya yang meningkat adalah bahan bakar dan listrik (+39,34 persen, YoY), dari sebelumnya Rp1,83 triliun menjadi Rp2,55 triliun. Akibatnya, jumlah beban pabrikasi pun meningkat jadi Rp4,98 triliun.
Begitu pula dengan beban usaha yang meningkat 1,21 persen (YoY), dari Rp1,48 triliun jadi Rp1,50 triliun. Hal itu relatif terjadi akibat kenaikan biaya pengangkutan, bongkar muat, dan transportasi sebesar Rp902,06 miliar serta gaji-kesejahteraan karyawan senilai Rp235,61 miliar.
Pengeluaran barang modal berdasarkan lokasi aset di pasar domestik juga melonjak, dari Rp150,44 miliar menjadi Rp658,05 miliar.
Lebih lanjut, karena penurunan laba bersih, laba per saham dasar INTP pun tergerus dari Rp159,34 per lembar menjadi Rp82,80 per lembar.