Jakarta, FORTUNE - Pasar saham Indonesia membukukan kinerja positif secara konsisten sepanjang 2022, saat pasar global melaju fluktuatif. Nah, apa saja katalis dan sentimen positif yang menopang tren penguatan yang terjadi di pasar domestik?
Mengutip Google Finance, IHSG terpantau telah menguat 8,43 persen selama perdagangan tahun ini. Pada awal tahun, indeks masih di level 6.665,31 tapi telah melesat ke 7.227,36 per Rabu (20/4). Lalu dibuka menguat 0,49 persen ke level 7.262,54, Kamis (21/4).
Pergerakan itu berlangsung di tengah berbagai sentimen global, dari kenaikan harga komoditas akibat perang Rusia-Ukraina, kebijakan agresif The Fed, hingga kasus Covid-19 di Cina yang kembali melonjak.
Menurut Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, itu terjadi karena saat ini Indonesia sedang dalam posisi sweet spot. Dus, pasar saham domestik pun menjadi atraktif dan masuk lagi ke radar para pemegang modal.
Lantas, apa saja faktor yang menjadi penunjang pergerakan IHSG sepanjang tahun macan ini berjalan?
Katalis pendorong kinerja IHSG pada awal 2022
Samuel menjelaskan sejumlah katalis yang mendorong kinerja IHSG sejak kuarta pertama hingga awal kuartal kedua 2022, yakni:
- Secara makro, ekonomi Indonesia tengah dalam siklus pemulihan, yang menarik bagi pemegang modal pencari pertumbuhan di tengah tren normalisasi ekonomi global.
- Indonesia merupakan net eksportir komoditas yang berada di atas angin berkat lonjakan harga komoditas saat ini. Dus, pasar modal Tanah Air dianggap bisa menjadi tempat berlindung para investor global.
- Stabilitas nilai tukar Rupiah dan makroekonomi yang solid.
- Posisi Indonesia dan Asia Tenggara yang netral di tengah tensi geopolitik antara negara barat dengan Rusia meminimalisir risiko geopolitik terhadap Indonesia.
“Secara keseluruhan kami memandang positif outlook pasar Indonesia tahun ini didukung oleh bauran faktor pendukung dari pemulihan ekonomi domestik dan dinamika pasar global yang suportif bagi Indonesia,” imbuh Samuel dalam keterangannya, dikutip Kamis (21/4).
Suku bunga Bank Indonesia dan inflasi
Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) kemarin, tingkat suku bunga acuan dalam negeri masih bertahan di level 3,5 persen. Gubernur BI, Perry Warjiyo pun mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia jadi 3,5 persen.
Keputusan BI sesuai dengan proyeksi Samuel. Meski prospek inflasi relatif naik di tengah peningkatan harga komoditas global, ia memandang BI masih akan berpegang teguh pada langkahnya saat ini.
“Suku bunga diperkirakan belum berubah selama tingkat inflasi inti masih terjada, sedangkan rupiah didukung oleh stabilitas eksternal yang baik,” katanya.
Ihwal inflasi, ia memandang, sejumlah harga barang yang diatur oleh pemerintah bisa menjadi bantalan di tengah naiknya harga komoditas. Meskipun akan ada konsekuensi berupa tekanan fiskal atas subsidi.
Sisi positifnya, langkah itu akan mendongkrak pendapatan pemerintah pada 2022. “Disumbang dari komoditas yang dapat mengurangi tekanan fiskal negara,” imbuhnya.