Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) diperkirakan rebound pada Rabu (12/2), setelah ditutup terkoreksi 1,75 persen kemarin sore.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova memprediksi rebound IHSG akan terjadi apabila indeks acuan saham tidak turun di bawah support Fibonacci klaster 6.480 sampai dengan 6.490. Kenaikan yang terjadi nanti diperkirakan merupakan wave iv dari (c), sehingga
cenderung bersifat jangka pendek.
"Oleh karena itu, IHSG masih berpotensi lanjutkan tren turun hingga 6.355," kata Ivan dalam riset hariannya.
Adapun, level support IHSG berada di 6.480, 6.355, dan 6.254. Sementara level resistennya berada di 6.745, 6.896, dan 7.041. Indikator MACD menunjukkan adanya momentum bearish.
Binaartha Sekuritas memproyeksikan IHSG hari ini bergerak di antara level support 6.490 dan resisten 6.590. Daftar saham pilihannya, yakni: ASII, BBNI, BRPT, INKP, dan PGAS.
Sementara itu, Phintraco Sekurias memperkirakan IHSG hari ini melaju di antara support 6.400, pivot 6.550, dan resisten 6.700. Saham-saham yang disoroti oleh tim Phintraco Sekuritas hari ini, meliputi: AUTO, MBMA, LSIP, AMRT, dan ACES.
IHSG berfluktuasi di kisaran 6.550 pada Selasa (11/2) yang merupakan pivot level berdasarkan pergerakan IHSG sejak tahun 2021. Artinya, konfirmasi breaklow 6.550 memvalidasi indikasi losing momentum IHSG dan berpotensi lanjutkan bearish trend. "Untuk saat ini waspadai level psikologis 6.500 sebelum support level berikutnya di 6.400," kata Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan dalam risetnya.
Pasar kecewa dengan realisasi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia di 127,2 di Januari 2025 yang lebih rendah dari perkiraan di 128 dan dari posisi Desember 2024 di 127,7. Padahal, data itu menjadi salah satu harapan besar pelaku pasar untuk dapat meredam tekanan jual di pasar modal Indonesia. Pasar awalnya cukup percaya diri dengan IKK Januari 2025 didasari sejumlah stimulus fiskal dan moneter di awal tahun 2025.
Dari eksternal, pasar mengantisipasi data inflasi AS yang diperkirakan tertahan di 2,9 persen di Januari 2025. Laju penurunan inflasi dikhawatirkan terganggu oleh potensi perang dagang yang dipicu tarif impor AS. Kondisi ini yang menyebabkan the Fed tetap mempertahankan pandangan hawkish dalam pidato terbaru Kepala the Fed, Jerome Powell (10 dan 11 Februari 2025).