Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (13/11). Pada Kamis (14/11) ini, IHSG pun diproyeksikan mengalami rebound.
Analis Panin Sekuritas, Reydi menjelaskan, pada perdagangan Rabu lalu, IHSG berusaha rebound, namun sayangnya belum mampu menghadapi dynamic resistance MA5 di 7.321 dan ditutup di bawah level ini. Dus, ia memprediksi IHSG melemah dan kembali uji support di range 7.162–7.230.
"IHSG diharapkan mampu bertahan di area ini, sehingga berpeluang untuk rebound menuju MA20 dan MA50 di kisaran 7.469–7.529," kata Reydi dalam riset hariannya.
Adapun, level resisten IHSG hari ini berada di 7.321, 7.469–7.529. Sementara itu, level support berada di 7.162–7.230, serta 7.000–7.067. Daftar saham pilihannya adalah ACES, ELSA, RAJA, dan DOID.
Lebih lanjut, CGS International Sekuritas Indonesia memproyeksikan IHSG bergerak bervariasi cenderung menguat dengan rentang support 7.265/7.220 dan resisten 7.350/7.400.
Penguatan mayoritas indeks di bursa Wall Street, seiring dengan data inflasi Oktober yang sesuai ekspektasi, akan menjadi sentimen positif di pasar hari ini. Di sisi lain, masih ada sentimen negatif berupa aksi jual investor asing dan koreksi sejumlah harga komoditas.
Daftar saham yang disoroti oleh tim CGS International Sekuritas Indonesia adalah TINS, ENRG, EMTK, ACES, SMGR, dan ERAA.
Sementara itu, Phintraco Sekuritas memprediksi IHSG hari ini melaju di antara support 7.250, pivot 7.330, dan resisten 7.430.
Secara teknikal, IHSG mengalami normal pullback usai menguji MA200, disertai dengan pergerakan indikator MACD yang bergerak sideways. Selain itu, sentimen negatif eksternal masih akan membayangi IHSG. Sehingga, IHSG berpotensi uji support 7.250 pada perdagangan Kamis (14/11).
Dari sisi global, setelah rilis data inflasi konsumen Amerika Serikat pada (13/11), saat ini pasar tengah menantikan data inflasi produsen Amerika Serikat bulan Oktober. Diperkirakan inflasi akan mengalami peningkatan ke level 2,20 persen (YoY) dari level sebelumnya di 1,80 persen (YoY) pada September.
Kenaikan ini menandakan adanya tekanan biaya yang lebih tinggi pada tahapan produksi, yang berpotensi memengaruhi kenaikan harga barang. Selain itu, di hari yang sama, Jerome Powell juga dijadwalkan untuk menyampaikan pidato.
Ekspetasi dari pidato tersebut adalah Powell akan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter, khususnya terkait pemangkasan suku bunga yang mungkin berlanjut hingga akhir tahun ini, setelah melihat perkembangan data inflasi baik dari sisi konsumen maupun produsen.
Lebih lanjut, fokus pasar juga akan tertuju pada rilis data GDP kuartal III 2024 2nd Est. Kawasan Eropa, yang diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 0,90 persen (YoY) lebih tinggi dari kuartal II 2024 sebesar 0,60 persen (YoY).
Di sisi lain, data produksi industri justru menunjukkan tren yang berlawanan. Data produksi industri bulan September diperkirakan akan mengalami penurunan menjadi -1,1 persen (YoY), setelah mencatatkan level positif sebesar 0.10% YoY pada bulan Agustus.
"Penurunan ini mengindikasikan adanya tekanan dalam sektor industri, yang berpotensi memengaruhi pemulihan ekonomi di Eropa," kata Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan dalam risetnya.
Adapun, daftar saham pilihan Phintraco Sekuritas pada Kamis (14/11) adalah BBNI, BBRI, ASII, ERAA, dan ADRO.