Jakarta, FORTUNE - Emiten sektor consumer diwarnai sentimen positif di tengah keunggulan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming berdasarkan penghitungan cepat (quick count) Pemilu 2024. Sebab, itu menguatkan kans pemilu satu putaran.
Meskipun hasil final baru diumumkan pada 20 Maret 2024, pasar telah merespons kondisi itu dengan baik. Itu terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah bergerak di zona hijau setelah pemungutan suara. Pada Jumat (16/2) saja, IHSG tercatat naik 0,35 persen ke harga 7.239,20 menjelang penutupan.
Tim BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi mengatakan, investor selanjutnya berfokus pada detail lebih lanjut tentang kebijakan pemerintah dan pembentukan kabinet berikutnya. Pengumumannya sendiri baru dilakukan pada Oktober 2024, setelah pelantikan.
"Meski begitu, kami yakin di tahap ini pasar mungkin memiliki pandangan positif terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran mengenai prospek pertumbuhan ekonomi lebih tinggi [di atas laju pertumbuhan PDB sekarang], didukung oleh ruang untuk ekspansi fiskal dan program utamanya," jelas Erindra dan Wilastita dalam riset.
Secara historis, periode enam bulan setelah pemilu menghasilkan imbal hasil positif tertinggi bagi IHSG, yakni 2-40 persen pada 2004.
Katalisnya adalah aliran dana asing yang masuk ke Indonesia. Seperti yang terjadi pada 2019, yang mencapai US$340 juta sampai dengan US$2,9 miliar
Secara year to date hingga 15 Februari, BRI Danareksa Sekuritas mencatatkan aliran dana masuk dari investor asing telah berjumlah US$1,0 miliar. "Kami memperkirakan akan ada lebih banyak aliran masuk yang akan menyusul, yang seharusnya disertai alokasi lebih tinggi dari dana domestik, karena beban pemilu kini kemungkinan besar telah hilang," jelas tim BRI Danareksa Sekuritas.
Prospek saham sektor konsumen
Hal itu bisa menguntungkan saham-saham berkapitalisasi besar, seperti BMRI, BBNI, dan TLKM. Tak hanya itu, saham-saham di sektor konsumen pun berpeluang mendapat dampak positif.
BRI Danareksa Sekuritas menyoroti saham MAPA dan MAPI di subsektor consumer discretionary. Salah satunya karena keduanya merupakan peritel high-end.
MAPA diproyeksi meraih pertumbuhan penjualan sebesar 27,4 persen (YoY) pada 2024. Katalisnya, pertumbuhan toko yang signifikan pada 2023, yakni sebesar 18,8 persen (YoY), jauh dari CAGR periode 2017-2022 yang hanya 10 persen.
Ditambah dengan adanya ekspansi toko lebih lanjut pada 2024, juga perluasan di pasar luar negeri. "Untuk 2024, induknya, MAPI, berniat membuka 800 gerai baru yang mana kami perkirakan 250 di antaranya berada di bawah MAPA, termasuk 40-50 persen dari ekspansi ke luar negeri," jelas Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto dan Sabela Nur Amalina dalam riset.
Target harganya adalah Rp1.270 untuk saham MAPA. Dari segi kinerja, MAPA diproyeksi mencetak pendapatan senilai Rp16,91 triliun dan laba bersih sebesar Rp1,80 triliun. Rasio P/E (price to earning) MAPA diproyeksi mencapai 15,5 kali di 2024, dengan rasio P/BV (price to book value) 3,7 kali.
Sementara itu, target harga untuk saham MAPI adalah Rp2.400 per saham. Dengan proyeksi pendapatan senilai Rp40,06 triliun dan laba bersih Rp2,38 triliun pada 2024. Sementara itu, proyeksi rasio P/E untuk MAPI adalah 13,6 kali, lebih rendah dari 2023 yang sebesar 16,1 kali. Lalu, BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan rasio P/BV MAPI mencapai 2,5 kali pada tahun ini, lebih rendah dari 3,2 kali pada 2023.
Selain itu, saham-saham emiten di subsektor lain, seperti MYOR, ULTJ, dan CMRY pun akan turut memperoleh manfaat dari sentimen positif pasar di tengah keunggulan paslon nomor dua di pilpres 2024. Itu berkaitan dengan wacana program susu gratis yang digadang paslon tersebut.
Target harga MYOR adalah Rp3.500 per saham dengan proyeksi rasio P/E dan rasio P/BV masing-masing 16,8 kali dan 3,3 kali. Untuk ULTJ, BRI Danareksa Sekuritas tak menetapkan target harga dan proyeksi valuasi. Sementara untuk CMRY, Erindra dan Wilastita memproyeksikan rasio P/E dan P/BV-nya akan mencapai 21,1 kali dan 4,5 kali di 2024.